Ojo Dumeh - Sabtu, 29 Maret 2014 - Manusia diciptakan Tuhan memiliki wujud rupa dan karakter yang
berbeda-beda. Hal demikian menjadikan
manusia saling mengenal satu sama lain. Saling
berinteraksi, mewujudkan kehidupan yang bermacam ragam dengan segala romantikanya.
Hal ini seperti dilansir Florence
Littauer dalam bukunya, Personality
Plus yang membahas tentang kepribadian atau karakter manusia yang
berbeda-beda. Hal tersebut menginspirasi saya untuk menulis beberapa buah puisi pendek seperti berikut ini.
M A N U S I A
Karya:
Slamet Priyadi
manusia
adalah egoisme jiwa
wujud suara
Ilahi Ruh Tertinggi Zat Maha Suci
yang segala
perintah-Nya harus ditaati
manusia
adalah egoisme raga
jelma
wujud nafsu angkara murka
yang
terus merasuk jadikan hamba durjana
manusia
adalah akal budi eling
yang
berbaur angan-angan keinginan mbeling
tak bisa
dipercaya berubah seperti baling-baling
manusia
adalah jiwa dan raga
saling tempur
berebut keberadaannya
seperti
perang baratayuda di kuru setra
antara
para kurawa dan pandawa lima
Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 29 Maret 2014 – 09:36 WIB
SAKIT GIGI
Oleh Slamet Priyadi
aduh gigiku sakit, sakit gigiku kumat
makan pun jadi terasa tak nikmat
sebab gigiku tak bisa lagi melumat
kunyah makanan gigiku bergoyang
rasa sakitnya bukan alang kepalang
serasa bumi ba' berputar berguncang
meski sudah minum ramuan
daun sirih dan buah pinang
sakitnya tetap saja tak mau hilang
terkadang gigiku ingin kucabut
dengan menggunakan catut
tapi ingat sakitnya aku jadi takut
yakh, beginilah rasanya mulut
yang gigi-giginya sudah pada butut
Oleh Slamet Priyadi
aduh gigiku sakit, sakit gigiku kumat
makan pun jadi terasa tak nikmat
sebab gigiku tak bisa lagi melumat
kunyah makanan gigiku bergoyang
rasa sakitnya bukan alang kepalang
serasa bumi ba' berputar berguncang
meski sudah minum ramuan
daun sirih dan buah pinang
sakitnya tetap saja tak mau hilang
terkadang gigiku ingin kucabut
dengan menggunakan catut
tapi ingat sakitnya aku jadi takut
yakh, beginilah rasanya mulut
yang gigi-giginya sudah pada butut
Bumi Pangarakan, Bgor
Senin, 24 Maret 2014 - 20:44 WIB
TAHUN POLITIK
Karya: Slamet Priyadi
2014 tahun politik
tahun penuh antrak-intrik
para politisi saling adu taktik
agar menang tampil dengan simpatik
padahal di belakang berhati burik
Karya: Slamet Priyadi
2014 tahun politik
tahun penuh antrak-intrik
para politisi saling adu taktik
agar menang tampil dengan simpatik
padahal di belakang berhati burik
Dimana-mana menggelitik
Di sana-sini mengkutak-katik
halalkan cara dengan mani politik
halalkan cara dengan mani politik
bahkan sampai gunakan jasa
klenik
meski tahu itu perilaku tak baik
meski tahu itu permainan tak
laik
yang penting bisa jatuhkan lawan
hingga semua tak berkutik
yang penting bisa jatuhkan lawan
hingga semua tak berkutik
Bumi Pangarakan, Bgor
Senin, 24 Maret 2014 - 20:44 WIB
"H U J A N"
Karya: Slamet Priyadi
hujan adalah tetes-tetes air mata
tentang duka nestapa hitamnya jiwa
yang hingga kini belum juga berubah
terus bergelut dalam ranah
Karya: Slamet Priyadi
hujan adalah tetes-tetes air mata
tentang duka nestapa hitamnya jiwa
yang hingga kini belum juga berubah
terus bergelut dalam ranah
kotor penuh sampah
hujan adalah curah air limbah
hujan adalah curah air limbah
jiwa penuh
noda dan dosa di ranah sukma
penuh cerita tentang kealpaan
penuh cerita tentang kealpaan
yang terus berlanjut
carut-marut bagai benang kusut
yang sukar diusut
kemanakah dan dimanakah
carut-marut bagai benang kusut
yang sukar diusut
kemanakah dan dimanakah
ujung pangkalnya?
hujan adalah tetes-tetes air
yang mengalir dari hulu sampai ke hilir
menelusup ke perut bumi
tanpa komproni dan basa-basi
hanyutkan segala noda
hanyutkan segala dosa
dalam kesirnaan yang baqa
Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 13 Maret 2014 - 17:18 WIB
hujan adalah tetes-tetes air
yang mengalir dari hulu sampai ke hilir
menelusup ke perut bumi
tanpa komproni dan basa-basi
hanyutkan segala noda
hanyutkan segala dosa
dalam kesirnaan yang baqa
Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 13 Maret 2014 - 17:18 WIB
Tembang Lara Kali Sadane
Karya: Slamet Priyadi
suara gemericik air
yang membentur batu
di kali Sadane itu
seperti untai nada-nada
do re do mi do fa do re mi fa
senandung ungkapan lara
tentang jernihnya air yang ternoda
oleh bermacam jenis sampah
yang berbaur bau anyir darah
Karya: Slamet Priyadi
suara gemericik air
yang membentur batu
di kali Sadane itu
seperti untai nada-nada
do re do mi do fa do re mi fa
senandung ungkapan lara
tentang jernihnya air yang ternoda
oleh bermacam jenis sampah
yang berbaur bau anyir darah
unggas-unggas
potong
yang tak henti melolong
yang tak henti melolong
jerit kematian hilang nyawa
dimangsa vampir-vampir penguasa
Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 9 Maret 2014
dimangsa vampir-vampir penguasa
Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 9 Maret 2014
SEBIDUK CINTA
Karya: Slamet
Priyadi
aku bukanlah kamu
kamu bukanlah aku
aku adalah aku
kamu adalah kamu
sebelum kita ada
aku tak ada
kamu juga tak ada
kemudian kita ada
aku ada kamu pun ada
lalu kita pun berjumpa
tapi tak pernah bertegur sapa
saat aku ke sana
justru kamu kemari
saat aku ke sini
justru kamu ke sana
selanjutnya kita pun jadi
ke sana dan kemari
kemari dan ke sana
saling berputar
saling berbalik
berbalik dan berputar
kamu bukanlah aku
aku adalah aku
kamu adalah kamu
sebelum kita ada
aku tak ada
kamu juga tak ada
kemudian kita ada
aku ada kamu pun ada
lalu kita pun berjumpa
tapi tak pernah bertegur sapa
saat aku ke sana
justru kamu kemari
saat aku ke sini
justru kamu ke sana
selanjutnya kita pun jadi
ke sana dan kemari
kemari dan ke sana
saling berputar
saling berbalik
berbalik dan berputar
berputar dan berbalik
dan pada akhirnya
kita pun saling bicara
bersentuh kata
bersentuh rasa
bersentuh jiwa
bersentuh raga
bersama-sama dalam biduk asmara
bersama-sama arungi samudra cinta
Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 08 Maret 2014
GELORA RASA KAMA
Karya: Slamet
Priyadi
mood ku terbelenggu di kutup kalbu
lebam membiru berwarna kelabu
tak ada lagi yang bisa terejawantah
tak ada lagi rangkai kata-kata indah
tak ada lagi yang bisa terejawantah
tak ada lagi rangkai kata-kata indah
yang bisa ku ukir di atas batu jiwa
karena semuanya pecah terbongkah
menjadi kerikil-kerikil sukma
terlempar jauh di alam kembara
atma pikiran diri pun sirna maya
bersama sang bidadari pelipur lara
yang lama bersemayam di dalam garwa
gelorakan rasa-rasa kama
kembara nun jauh bersauh keluh
dan rindu itu pun tak bisa lagi terbuka
sebab rantai belenggu di relung jiwa
ikat kuat kesenduan jiwa
Bumi
Pangarakan, Bogor
Sabtu, 08
Maret 2014
TIKUS GORONG
Karya: Slamet Priyadi
Saat gelap pekat rayapi malam
suara jangkrik mengerik di gorong-gorong
anjing-anjing liar di atas bukit melolong-lolong
burung celepuk hinggap di batang kayu bolong
suara jangkrik mengerik di gorong-gorong
anjing-anjing liar di atas bukit melolong-lolong
burung celepuk hinggap di batang kayu bolong
Nyanyian tembang hujan katak bangkong
pecahkan kesunyian malam nan pekat kelam
seekor kucing hutan hitam mengendap-endap
pecahkan kesunyian malam nan pekat kelam
seekor kucing hutan hitam mengendap-endap
bersembunyi di balik semak-semak belukar
terus merayap intai tikus gorong besar
terus merayap intai tikus gorong besar
sesaat lalu lompat menyergap
tikus gorong pun tertangkap
lunglai tak bisa lagi bergerak
tikus gorong pun tertangkap
lunglai tak bisa lagi bergerak
dan nyawa pun lenyap
Bumi
Pangaraka, Bogor
Sabtu, 08
Maret 2014
S E N Y U M
Karya:
Slamet Priyadi
senyum
adalah lukisan jiwa
gerak
rasa pancaran wajah penuh ceria
seperti
kata-kata dalam bicara
penuh
pikat dan daya pesona
senyum
ikhlas penuh ketulusan
membuka bendung cairkan kebekuan
seperti
warna-warni bunga ditangkainya
tebarkan
aroma semerbak harum baunya
indah
asri sejuk dipandang mata
Pangarakan – Sabtu, 01 Maret 2014
MERETAS BATAS
Karya: Slamet
Priyadi
Meretas ambang batas
adalah kias akhir jalan panjang
kapung terapung di samudera luas
pupuh terlabuh bersimpuh lemas
terkulai lunglai tak lagi gemulai
terbujur kaku dalam amben panjang
tak ada lagi yang bisa dibanggakan
adalah kias akhir jalan panjang
kapung terapung di samudera luas
pupuh terlabuh bersimpuh lemas
terkulai lunglai tak lagi gemulai
terbujur kaku dalam amben panjang
tak ada lagi yang bisa dibanggakan
G E L O R A R A S A
karya: Slamet Priyadi
karya: Slamet Priyadi
saat kau hadir di relung jiwa
itu semaikan kenangan lama
yang tak pernah lagi berlabuh
kembara layar kembang tak bersauh
dalam kasih yang terus tumbuh
hingga
tak lagi bisa bersimpuh
sebab
dirimu semakin jauh
dan
aku pun tak mau mengeluh
meski
itu telah membuatku luruh
dalam
kebisuan yang pupuh
PERUT MALAM
karya: Slamet Priyadi
merayap di perut malam
saat kelam mencekam
seekor musang hitam
tebarkan harum pandan
di balik gerumbul gumuk
mangsa unggas yang bertekuk
tak bisa lagi berkasak-kusuk
karya: Slamet Priyadi
merayap di perut malam
saat kelam mencekam
seekor musang hitam
tebarkan harum pandan
di balik gerumbul gumuk
mangsa unggas yang bertekuk
tak bisa lagi berkasak-kusuk
A G E M A N
karya: Slamet
Priyadi
kebenaran menguatkan keyakinan
keyakinan memunculkan kekuatan
kebenaran, keyakinan dan kekuatan
jadikanlah sebagai ageman
dalam mengatasi berbagai persoalan
bermacam-macam problema kehidupan
dengan percaya kepada kasih dan kuasa Tuhan
" S E N
G A T "
karya: Slamet Priyadi
dusta adalah sengat iblis
cengkeram maut sirnakan iman
sulur menjalar gosip bertebar
ingkar melingkar dusta melebar
menyengat hati nan pedih perih
karya: Slamet Priyadi
dusta adalah sengat iblis
cengkeram maut sirnakan iman
sulur menjalar gosip bertebar
ingkar melingkar dusta melebar
menyengat hati nan pedih perih
K E N A P A
?
KARYA: Slamet Priyadi
kenapa kita hanya memiliki
satu mulut dan dua telinga?
itu artinya,
banyaklah mendengar
dan sedikitlah bicara
orang yang banyak bicara
biasanya sukar mau mendengar
keinginannya hanya ingin didengar
KARYA: Slamet Priyadi
kenapa kita hanya memiliki
satu mulut dan dua telinga?
itu artinya,
banyaklah mendengar
dan sedikitlah bicara
orang yang banyak bicara
biasanya sukar mau mendengar
keinginannya hanya ingin didengar
"A S U M S I"
karya: Slamet Priyadi
dalam segala hal
kita sering berasumsi
menangkap maksud orang lain
dengan referensi
dan kebenaran diri sendiri
asumsi mengakibatkan kekacauan
sumber kesalahpahaman
merebakkan pertengkaran
konflik dan perpecahan
karya: Slamet Priyadi
dalam segala hal
kita sering berasumsi
menangkap maksud orang lain
dengan referensi
dan kebenaran diri sendiri
asumsi mengakibatkan kekacauan
sumber kesalahpahaman
merebakkan pertengkaran
konflik dan perpecahan
Jumat, 20 Febuary 2014
Bumi Pangarakan, Bogor
SAAT GERIMIS
Oleh: Slamet Denmas Priyadi
saat gerimis rinai di luar rumah
menatap jalan setapak yang tak ramah
aku tengadahkan kepala tatap langit
seekor emprit menciap di hampar hutan lengit
tebarkan magi-magi sangit
mantra-mantra segarkan hijaukan bukit
yang kerontang lolong sakit menjerit-jerit
Oleh: Slamet Denmas Priyadi
saat gerimis rinai di luar rumah
menatap jalan setapak yang tak ramah
aku tengadahkan kepala tatap langit
seekor emprit menciap di hampar hutan lengit
tebarkan magi-magi sangit
mantra-mantra segarkan hijaukan bukit
yang kerontang lolong sakit menjerit-jerit
Bumi Pangarakan, Bogor
Jumat, 31 Januari 2014
“G A R B A”
(Denmas
Priyadi Sabtu, 06 Juli 2013 08:36 wib)
“Garbaku hiruk pikuk ba' gerumbulan gumuk
Jiwaku riakkan semarak ba' awan berarak
Hatiku adalah rasa kabarkabur kasmarani berbaur
Muntahkan segala isi kosongkan jiwa nan terkubur”
“T e r k u l a i”
“Terkulai di pembaringan,
tak ada yang bisa dilakukan,
hanya tengadah ke langit-langit,
menerawang nasib sengit,
tentang jiwa yang terpingit”.
“W e l a s A s i
h”
"Sifat welas asih
penuh cinta kasih
adalah cermin
jiwa yang putih bersih"
Sifat angkuh nan sombong
adalah cermin
pikiran dan jiwa
yang kosong melompong.
“D a l a m G e l
a p”
“Dalam gelap menyergap,
terjerambab, tergagap sirnakan sigap
lalu terbaring layu,
terbujur kaku, dan membeku”.
“S e j a t i M a
n u s i a”
“Bergumul kadibyan kamulyan
kekangkan diri, sejati manusia mesu diri.
Sisihkan angkara 'tuk sucikan jiwa,
welas asih itu yang utama”
“E l a n g”
“Burung elang terbang melayang
di atas hamparan luas rumput ilalang,
lalu menukik tajam menerkam
induk ayam nyawa pun temaram”
“J i k a”
"Jika di segala ranah,
pejabatnya tak lagi amanah,
rakyat harus merubah
agar kesucian tak punah".
“Terbelalak”
"Siang terang benderang,
cuaca panas mencekam dari semalam,
dan mata tak bisa terpejam,
terbelalak menatap masa depan nan suram"
“Gelora”
"Wajah tersenyum,
mata kernyitkan makna,
ungkap jiwa dalam kata-kata,
gelora rasa dalam dada".
“Carut Marut”
“Bergelut dalam pikir carut marut,
membuat kening semakin berkerut,
saat solusi semakin jauh dari harap,
dan, semua tak ada yang bisa kutangkap”
“Temaram”
“Saat senja temaram rayapi malam,
Cakar kaki celepuk hitam,
cengkeram anak kelelawar bernasib kelam,
dan merah berdarah tebarkan bau anyir
darah,
sirnakan jiwa kelam,
temaram ke alam kelanggengan”
“Gita Pertala”
“Gita pertala adalah tembang jagad raya,
lantunkan kilat irama,
melodi mandala di angkasa,
yang tebarkan merahnya merah,
warna tanda Tuhan murka”
“Jajar Jejer”
“Kembara di alam maya,
telusuri malam pojok Jakarta,
banyak perempuan malam,
jajar-jejer nan molek penuh pesolek,
di lampu-lampu temaram,
jajakan diri 'tuk dicolek”.
“Termakan Tamak”
"Rasa kecewa berdecak dalam lelap,
saat mentari menyeruak di balik bukit,
yang sakit karena tak lagi bersemak,
hilang sirna termakan tamak".
"Dada ini pun bergemuruh,
pikirku hilang separuh,
karena di langit masih ada cita-cita,
yang belum tergapai menjelma,
dan semangatku pun cerai berai,
semakin lalai lemah lunglai".