Sabtu, 25 Oktober 2014

Puisi Slamet Priyadi: "Menapak Tilas Alas Parigi"

Foto: SP091257

MENAPAK TILAS ALAS PARIGI
Karya: Slamet Priyadi

Sendiri saja menilas alas parigi saat malam hari
Ketika semua pergi tak ada lagi yang aku miliki
Meninggalkan segala harapan, emosi dan ambisi
Dan, hanyalah berbekal semangat kuatnya jiwani
Aku tilas jalan setapak nan gelap yang di kanan kiri
Ditumbuhi semak belukar dan pohon-pohon tinggi
Seperti tingginya keangkuhan yang hiasi pigura hati
Yang masih lekat kuat menghasut mengajak nurani
tetap bergayut dalam kedumehan, kepongahan diri

Cahaya Dewi Malam yang kuning keemasan itu
Menelusup ruang dicelah-celah dedaunan hijau
Menerpa tubuhku seperti berkata menghimbau
“Wahai tuan, hati tuan masih berwarna kehitaman
Segala kesombongan, kecongkakan dan keangkuhan
Masih melekat kuat bersemayam di dalam hati tuan
Dan, tuan harus berupaya keras lakukan perubahan  
Agar hidup tuan menjadi putih tak ada penyesalan
Agar hidup tuan tetap mengacu pada pedoman Tuhan”

Terus berjalan langkahkan kaki sambil merenung diri
Pikirkan kata-kata bijak ajakan putih suci Sang Dewi
Dalam wujud sekelebat bayang kuning harum wangi
Seperti bau harumnya aroma kembang warna-warni
 Dari tumbuhan bunga-bunga di tengah alas Parigi
Saat semilir dingin angin sepoi-sepoi jelang pagi
Merayapi perut malam yang kian sunyi sepi
Hantarkan kaki-kaki yang melangkah gontai
Yang semakin lemah lunglai terasa nyeri

Ketika Sang Surya pagi menyapa tersenyum ramah
Aku tengadahkan kepala ke langit berwarna merah
Berdoa, memohon mengharapkan secuil hidayah
Dari Tuhan Yang Maha kasih lagi Maha Pemurah
Lalu aku berpaling arah untuk kembali ke rumah
Meskipun tak beralas kaki terus tetap melangkah
Di guyur hujan di jalan becek licin dan basah
Kakiku tersandung batu sebongkah
Rasa nyeri, pedih, perih kakiku berdarah

Meski pun luka di kaki terasa semakin parah
Itu tak surutkan aku untuk terus melangkah
Untuk satu tujuan kebenaran dalam bertingkah polah
Jalan yang diridhoi Tuhan Yang Satu, Allah, Allah, ALLAH

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 25 Oktober 2014 - 12:05 wib

Jumat, 24 Oktober 2014

LINGLUNG By Slamet Priyadi


L I N G L U N G
Karya: Slamet Priyadi

Saat harta benda  kita raib lenyap sirna hilang
seketika itu pula pikiran jadi melang kerontang
Lungling, linglung, lunglai ba' rasakan digulung
Tak ada lagi yang bisa dimintai tulung pitulung
Dan kita hanya bisa merunut runut merenung

Tapi kadang keajaiban pun datang menjelang
Saat atma jauh kembara melanglang kepang
Serahkan segala resah dan gundah melayang
Di alam sunyi sepi kosong hampa tiada terang

Dari alam yang tak kita kenal benda itu datang
Menyapa disaat kita berbaring di bale panjang
Berseloroh bertegur sapa sambil berkata-kata
"Sejak kemarin aku di sini, wahai tuan lelaki tua
sama sekali tak pernah berubah bentuk warna"

Dan, aku jadi tertawa, huaa, ha, ha, ha, ha, ha
Maafkan aku sang harta benda selimut dunia!
Aku memang sudah banyak  alpa dan lupa
Bertumpuk dosa penuh curiga pada sesama

Minggu, 19 Oktober 2014 - 15:35
Pangarakan, Bogor 

Rabu, 08 Oktober 2014

"DPR SEKARANG" BY SLAMET PRIYADI

DPR Sekarang ? Ha ha ha...
Karya: Slamet Priyadi
Wuaaaa... ha ha ha... DPR, Lucu.... he he he....
Hi hi hi hihi ... DPR lucu, ya kayak aku lagi main balon!
DPR sekarang seperti orang-orang  beler
Kacau tak karuan semerawut pada keleler
Mata melotot pating mencotot saling ngotot
Saling tarik saling rebut sekerat daging alot

DPR sekarang seperti orang-orang linglung
Waktu pileg rakyat dimintai tulung pitulung
Saat menjabat aspirasi rakyat malah digulung
Gunakan selimut apik hiasan munafik gaung

DPR sekarang seperti para bintang sinetron
Pandai berulah berakting  berbedak di salon
Berperan orang cerdas kadang orang blo’on
 Lucu-lucu seperti kanak-kanak bermain balon

DPR sekarang seperti bukan lagi wakil rakyat
Tapi wakilnya orang-orang yang dirasa hebat
Meski semua pendapatnya itu hanyalah jerat
Mereka tetap sepakat lalu merapat kuat-kuat

DPR sekarang ? ha ha ha ha ha ha... lucu-lucu
Meski lucu, tapi ulahnya bikin muak dan mual
Sungguh tak bisa lagi digugu atau pun ditiru
Sebab banyak taktik, munafik, sering  membual

Pangarakan, Bogor
Sabtu, 04 Oktober 2014 1:11 wib