Minggu, 02 Oktober 2016

KISAH MISTERI SABTU, 05 APRIL 2014 Karya : Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Ojo Dumeh
Minggu, 02 Oktober 2016 - 20:16 WIB
 

KISAH MISTERI SABTU, 05 APRIL 2014 
Karya: Ki Slamet 42

Orang  tua renta itu, bertubuh kurus  dan  kumal
Berambut gimbal menggumpal,  wajah  pucat  pasi
Berpakaian lusuh penuh peluh  kotor dan berdaki
Bersender di emper toko Indomaret ditaman sepi
Bermenung diri di sisi Jalan Raya Ciawi-Sukabumi

Semenjak tadi pagi hinggalah sampai di sore hari
Orang tua yang konon gila itu tak beranjak pergi
Kepalanya goyang, geleng ke arah kanan dan kiri
Mata menatap kendaraan melintas  pulang pergi
Tak satu pun orang  yang mau peduli dan empati

Sementara  bisingnya jalan raya Ciawi-Sukabumi
Semerawut  kemacetan semakinlah menjadi-jadi
Beratusan kendaraan kampanye Pemilu Legislasi
Membuat suara bising dan macet  tak terkendali
Tapi orang gila itu, tampak tak terganggu situasi

Di saat kendaraan stagnan jalanpun kuseberangi
Berjalan di sela kendaraan yang silang  mengantri
Lalu kuhampiri dia yang masih tak beranjak pergi
Aku sapa orang gila itu penuh dengan rasa empati
Tetapi tegur sapaku sama sekali tiadalah diperduli

Aku sapa sekali lagi, orang gila itu  tetap membisu
Hanya matanya nanar sedikit mendelik menatapku
Sepertinya Ia merasa tak suka dengan kehadiranku
Yang  tiba-tiba  hadir  di hadapannya  mengganggu
Dengan  segala  tanya  dan  tegur sapa  yang  baku

Sejenak kemudian,  Ia pun kembali duduk senderan
Di dinding rolling dor toko yang tutup  akhir pekan
Ia tetap diam,  matanya menatap kosong  ke depan
Meski hati serasa gentar badan bergidik gemetaran
Aku beranikan duduk  di sisinya, menyapa perlahan

“Bapak,  sedari pagi tetap di sini  apa sudah makan?”
Orang gila itu diam hanya gelengkan kepala perlahan
Aku ambil nasi rames  yang tadi beli di kantin depan
Lalu berikan kepadanya persilahkan untuk dimakan
“Pak,  Ini sebungkus nasi rames,  silahkan  dimakan!”

Orang gila itu tetap menggeleng-gelengkan kepalanya
Tapi kali ini Ia menjawab dengan suara terbata-bata,
“Oya, terimakasih  atas  perhatian  dan kebaikannya
Nak, terus terang bapak sudah tak butuh makan,”
Mendengar jawaban seperti itu timbul raasa heran,

“Oya begitukah? Jika demikian ini sedikit uang pak,
Mungkin ini lebih bermanfaat untuk bapak kelak!”
Uang limapuluhribuan kuambil dari dompet Ecolak
Kuberikan kepadanya,  orang itu tertawa bergelak
Dengan kata lemah lembut,  orang gila itu menolak

Aku jadi heran tak habis pikir dan bertanya-tanya?
Orang gila itu menolak pemberianku seraya berkata
“Nak, terimakasih! Bapak sudah tak butuh apa-apa
Lebih baik berikanlah saja uang itu untuk keluarga
Itu akan lebih banyak manfaat  dan  lebih berguna”

“Oya,  atas  semua kebaikan dan perhatian ananda
Bapak doakan, semoga kelak ananda dan keluarga
Diberi hidayah rizqi yang barokah dari Allah Ta’ala
“Oya,  saya mohon maaf,  tadi  mungkin  sikap saya
Kurang sopan dan membuat bapak merasa terhina”

Setelah berkata demikian aku pun segeralah berlalu
Baru lima langkah  tinggalkan tempat  orang tua itu
Salah seorang yang melihat aku bicara sendiri di situ
Bertanya dengan penuh  rasa keheranan  kepadaku,
Sebab konon cerita aku bicara sendiri di tempat itu

“Maaf pak!,  tadi bapak seperti  bicara sendiri di situ
 Dengan siapa bapak serius bicara hingga lupa waktu?”
Mendengar pertanyaan itu, aku jadi heran termangu
Akupun menoleh ke belakang menatap ke tempat itu
Tempat tadi aku bicara dengan orang tua gila di situ

Dan realitanya,  di sana  memang tak ada siapa-siapa
Aku jadi tak habis pikir,  heran, dan bertanya-tanya
Sebenarnya siapakah dan kemanakah orang tua gila
Yang lenyap begitu saja  dan  pergi entah  ke mana?
Orang yang bertanya kepadaku geleng-geleng kepala

Hening sebentar,  barulah aku temukan jawabannya
Sepertinya cuma aku  yang melihat itu orang tua gila
Dan aku jadi merasa geli dalam hati aku jadi tertawa
Ternyata, aku sendirilah yang  menjadi  orang gilanya
Sebab duduk bicara sendiri di emper toko SPN Lido

Begitu peristiwa unik pengalaman misteri yang  aku alami
Bersama orang gila misterius yang masih penuh teka-teki
Yang serig muncul  saat pukul  dua lewat tiga puluh pagi
Hingga menjelang pukul  enam lewat dua puluh sore hari
Depan SPN Lido, sepanjang Jalan Raya Ciawi-Sukabumi

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 02 Oktober 2016 – 20:05 WIB  

Sabtu, 20 Agustus 2016

DALAM HENING NAN SUNYI SEPI Karya : Ki Slamet 42

 Blog Ki Slamet : "Ojo Dumeh"
 Minggu, 21 Agustus 2016 -- 11:42 WIB

Image "Munajat" (Foto: SP)
Munajat



“DALAM HENING NAN SUNYI SEPI”

Karya : Ki Slamet 42



Kemilau Sang Surya itu  silaukan  mata
Pancaran  cahayanya atas langit akaca
Merebak  selimuti  seluruh  bhumi loka
Rasakan  sengat hangat di  wajah rupa
Hingga  menelusup  terpa jiwa nan lara


Dan,  aku masih berbaring  tidur di sini
Di amben bambu dalam kamar nan sepi
Tiada disadari mendengkur hingga pagi
Nikmati mimpi indah  tentang hari-hari
Yang endapkan segala memori lara hati


Saat aku sadar, aku buka jendela kaca
Nampak Sang Surya ba’ ramah menyapa
“Selamat  pagi tuan,  sang pejantan tua,
Kenapakah  tuan,  masih  buruk sangka


Taqdir berlaku untuk semua ciptaan-Nya”

Maka,  aku pun  tengadah  ke langit biru
Mengadu memohon munajat kepada-Mu
Sirnakan hati gundah, jiwa nan berdebu
Curahkan rahmat hidayah dan RidhoMu
Atasku hamba-Mu yang menjauh dariMu

Di dalam hening dan sepi saat malam hari
Aku bangkit, bangun lalu wudhu bersuci
Bersujud, sembah jiwa raga padaMu Ilahi
Agar tetaplah dalam hidayahMu ya Rabbi
Bertaubat sirnakan dosa-dosa tak bertepi



Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 21 Agustus 2016 – 11:18 WIB




SAJAK PUISI KI SLAMET 42 : DALAM HENING NAN SUNYI SEPI Karya : Ki Slamet 42: Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42 Minggu, 21 Agustus 2016 -- 11:42 WIB Munajat “DALAM HENING NAN SUNYI SEPI” Kary...

Jumat, 06 Mei 2016

KIRIMAN DRS. I GUSTI NGURAH DWAJA : "BUDI PEKERTI"

Blog Ki Slamet 42 : Ojo Dumeh
Sabtu, 07 Mei 2016 - 02:12 WIB

DRS. I GUSTI NGURAH DWAJA ( Penulis Buku )

"Budi Pekerti"


Secara umum Budi Pekerti berarti moral dan kelakuan yang baik dalam
menjalani kehidupanini. Ini adalah tuntunan moral yang paling penting untuk orang Jawa tradisional. Budi Pekerti adalah induk dari segala etika ,tatakrama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan , pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah, kemudian disekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Pada saat ini dimana  sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi moral,budi pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi.

Budi Pekerti yang mempunyai arti yang sangat jelas dan sederhana, yaitu : Perbuatan(Pekerti) yang dilandasi atau dilahirkan oleh Pikiran yang jernih dan baik ( Budi). Dengan definisi yang teramat gamblang, sederhana dan tidak muluk-muluk,  kita semua dalam menjalani kehidupan ini semestinya dengan mudah dan arif dapat menerima tuntunan budi pekerti. Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik dan benar.Kalau kita berbudi pekerti, maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju ke kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik.

Sebaliknya, kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka kita akan
mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan, seperti tidak
disenangi/ dihormati orang lain, sampai yang berat seperti : melakukan
pelanggaran hukum sehingga bisa dipidana.

Penanaman Budi Pekerti

Esensi Budi Pekerti, secara tradisional mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik dirumah maupun disekolah, kemudian berlanjut dalam kehidupan
dimasyarakat.

Dirumah dan keluarga

Sejak masa kecil dalam bimbingan orang tua, mulai ditanamkan pengertian baik
dan benar seperti etika, tradisi lewat dongeng, dolanan/permainan anak-anak
yang merupakan cerminan hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan. Berperilaku yang baik dalam keluarga amat penting bagi
pertumbuhan sikap anak selanjutnya. Dari kecil sudah terbiasa menghormat orang tua atau orang yang lebih tua, misalnya : jalan sedikit membungkuk jika
berjalan didepan orang tua dan dengan sopan mengucap: nuwun sewu(permisi), nderek langkung (perkenankan lewat sini).

Selain berperilaku halus dan sopan, juga berbahasa yang baik untuk menghormati sesama, apakah itu bahasa halus ( kromo) atau ngoko(bahasa biasa). Bahasa Jawa yang bertingkat bukanlah hal yang rumit, karena unggah ungguh bahasa (penggunaan bahasa menurut tingkatnya) adalah sopan santun untuk menghormat orang lain.

Bahasa kromo dan ngoko

Pada dasarnya ada dua tingkatan dalam bahasa Jawa, yaitu:  

Kromo, bahasa halus dan ngoko, bahasa biasa. Bahasa kromo dipakai untuk menghormat orang tua atau orang yang perlu dihormat, sedangkan ngoko
biasanya dipakai antar teman. Semua kata yang dipakai dalam dua tingkat bahasa tersebut berbeda, contoh :

Bahasa Indonesia : Saya mau pergi.
Kromo : Kulo bade kesah.
Ngoko : Aku arep lunga.

Dalam percakapan sehari-hari, orang tua kepada anak memakai ngoko,
sedang anaknya menggunakan kromo. Dalam pergaulan dipakai pula bahasa campuran yang memakai kata-kata dari kromo dan ngoko dan ini lebih mudah dipelajari dalam praktek dan sulit dipelajari secara teori.

Ora ilok, suatu kearifan

Orang tua zaman dulu sering bilang : ora ilok,artinya tidak baik, untuk melarang anaknya.Jadi anak tidak secara langsung dilarang, apalagi dimarahi.Ungkapan tersebut dimaksudkan , agar si anak tidak melakukan perbuatan yang tidak sopan atau mengganggu keharmonisan alam. Misalnya ungkapan : Ora ilok ngglungguhi bantal, mengko wudhunen (Tidak baik menduduki bantal, nanti bisulan). Maksudnya supaya tidak menduduki bantal, karena bantal itu alas kepala. Meludah sembarang tempat atau membuang sampah tidak pada tempatnya, juga dibilang ora ilok, tidak baik. Tempo dulu, orang tua enggan menjelaskan, tetapi sebenarnya itu merupakan kearifan. Lebih baik melarang dengan arif, dari pada dengan cara keras.

Tembang yang bermakna

Pada dasarnya, pendidikan informal dirumah, dikalangan keluarga adalah ditujukan kepada harapan terbaik bagi anak asuh. Coba perhatikan ayah atau ibu yang meninabobokkan anak dengan kasih sayang melantunkan tembang untuk menidurkan anak , isinya penuh permohonan kepada Sang Pencipta, seperti tembang: Tak lelo-lelo ledung, mbesuk gede pinter sekolahe, dadi mister, dokter, insinyur. (Sayang, nanti sudah besar pintar sekolahnya, jadi sarjana hukum, dokter atau insinyur). Atau doa dan  permohonan yang lain : Mbesuk gede, luhur bebudhene,jumuring ing
Gusti, angrungkubi nagari
(Bila sudah dewasa terpuji budi pekertinya, mengagungkan Tuhan dan berbakti kepada negara).

Pendidikan tradisional zaman dulu mengandung kesabaran, nerimo ing pandhum, pasrah, ayem tentrem, tansah eling marang Pangeran ( selalu dengan sabar menerima dan mensyukuri pemberian Tuhan, pasrah. Pengertian pasrah adalah tekun berusaha dan menyerahkan keputusan kepada Tuhan.Hati tenang tentram, selalu ingat kepada Tuhan).Perlu digaris bawahi bahwa kepercayaan orang Jawa tradisional kepada Tuhan itu sudah mendarah daging sejak masa kuno, sehingga anak-anak Jawa sejak kecil sudah sering mendengar kata-kata orang tua : Kabeh sing neng alam donya iku ana margo kersaning Gusti. (Semua yang ada didunia ini ada karena kehendak Tuhan).Sehingga bagi orang Jawa tradisional, apapun yang terjadi, akan selalu pasrah dan mengagungkan Gusti/Tuhan. Itu sudah menjadi watak bawaan yang mendarah daging. Biasanya ketika anak mulai berumur lima tahunan, secara naluri mulai diterapkan ajaran unggah-ungguh, sopan santun, etika, menghormati orang tua dan orang lain. Inkulturisasi, penanaman etika ini sangat penting karena menjadi dasar supaya si anak hingga dewasa dapat membawa diri dan diterima dalam pergaulan dimasyarakat, mampu bersosialisasi dan punya budaya malu. Punya sikap mendahulukan kepentingan orang lain, peka dan peduli kepada sekeliling dan lingkungan. Punya kebiasaan hidup rukun dan damai, penuh kasih sayang dan hormat dilingkungan keluarga dan masyarakat. Penanaman sikap sejak dini ini penting karena akan merasuk dalam rasa, sehingga kepekaannya tidak mudah hilang.

Peduli Lingkungan

Pendidikan yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam, juga sudah dimulai sejak usia belia.Anak-anak diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang kepada binatang dan tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam.

Anak kecil yang dirumahnya punya binatang peliharaan seperti anjing, kucing,
burung, selalu diberitahu oleh orang tuanya untuk merawat nya dengan baik,
memberi makan yang teratur, dijaga kebersihannya, kandangnya juga bersih
dan tidak boleh diperlakukan dengan sewenang-wenang dan justru harus dilindungi dan dikasihi. Tanaman dan pepohonan juga harus dirawat dengan baik, disiram setiap sore, kadang-kadang diberi pupuk, dijaga supaya tumbuh subur dan sehat dan cantik penampilannya ,sehingga enak dipandang.

Tanaman yang dirawat akan membalas kebaikan kita, daunnya, bunganya, buahnya, kayunya, akarnya, bisa memberi faedah yang berguna. Bumi tempat kita berpijak, juga harus dilindungi, diurus yang baik, jangan asal saja menggali-gali tanah ,kalau memang tidak ada tujuan yang bermanfaat.Sumber
air juga harus dijaga, tidak boleh dikotori. Prinsipnya, kita harus dengan sadar dan sebaik-baiknya merawat, menggunakan dan mensyukuri semua pemberian alam dan Sang Pencipta.

Pendidikan formal

Selain pendidikan non-formal yang berkembang dan berpengaruh positif,
pendidikan formal tentu saja mempunyai peran sangat penting. Anak dididik supaya cerdas dan punya budi pekerti. Sejak ditaman bermain/Play group, TK,SD, anak diperkenankan dan dibiasakan bersosialisasi, ditanamkan etika, sopan santun, kebersihan, rasa kebersamaan, rasa kebersamaan dialam sebagai satu kesatuan kosmos, ditanamkan rasa solidaritas dan kasih sayang demi keselarasan, keseimbangan dan perdamaian. Tentu, juga diajarkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam tradisi dan adat istiadat. Dimasa penjajahan dulu, sekolah-sekolah pribumi seperti Taman Siswa, menanamkan pendidikan yang penuh dengan semangat juang dan nasionalisme, persatuan dan kesatuan dalam melawan penjajah.

Etika Pergaulan

Sebagai bangsa yang berbudaya, sebaiknya semua pihak menampilkan sikap yang santun dalam pergaulan, membuat orang lain senang, dihargai. Orang itu senang bila dihargai, disapa dengan kata-kata yang baik, termasuk wong cilik, orang ekonomi lemah.Wong cilik akan santun kepada orang yang menghargai mereka. Orang santun, meski derajatnya tinggi, tidak sombong, ini orang yang berbudaya.Orang yang berperilaku baik, berbahasa baik, berbudi baik, selain dihargai orang lain, secara pribadi juga untung, yaitu akan mengalami peningkatan taraf kejiwaannya, mengalami kemajuan batiniah.

Pelajaran dari cerita wayang

Cerita yang bersumber dari pewayangan juga penting untuk pendidikan budi
pekerti secara umum. Bagi orang Jawa tradisional, apa yang dikisahkan dalam wayang adalah merupakan cermin dari kehidupan, oleh karena itu wayang sangat populer di Jawa sampai saat ini.

Pelajaran yang bisa ditarik dari pewayangan adalah , antara lain:

1.                Didunia ini ada baik dan jahat, pada akhirnya yang baik yang menang,tetapi setiap saat yang jahat akan berusaha untuk menggoda lagi.
2.                Ikutilah contoh dari sikap hidup Pandawa, lima satria putra Pandu yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa dan satria-satria yang lain yang mempunyai watak luhur, jujur, sopan. Mereka berjuang demi kebenaran, untuk kesejahteraaan rakyat dan negara. Mereka dengan tekun dan ikhlas mendalami spiritualitas, kebatinan. Mereka menggunakan kemampuan, kesaktiannya untuk tujuan yang mulia. Satria itu orang yang berbudi pekerti, berwatak luhur dan bertanggung jawab.Jangan mencontoh sikap para Korawa, seratus orang putra Destarata,yaitu Duryudana dan adik-adiknya beserta kroni-kroninya. Mereka itu tidak jujur, serakah mencari kekayaan materi dan kekuasaan, sikapnya kasar, tidak sopan, culas.Mereka digambarkan sebagai raksasa. Raksasa dalam bahasa Jawa adalah Buto artinya buta, tidak bisa membedakan yang baik dan yang jahat, yang salah dan yang benar.
3.               Dari epoch Ramayana,Prabu Rama, Anoman dan anah buahnya punya watak satria luhur, sebaliknya Rahwana,
Sarpakenaka adalah raksasa-raksasa yang rakus dan keji, tanpa rasa kemanusiaan.
4.                Penghuni Alam Raya ini tidak hanya manusia, hewan dan mahluk yang kasat mata, tetapi juga ada mahluk-mahluk lain yang biasanya disebut mahluk halus, ada yang baik dan ada yang jahat wataknya.
5.                Ada alam Kadewatan yang dihuni dewa dewi yaitu di Kahyangan. Penguasa Jagat Raya adalah Sang Hyang Wenang yang dalam pelaksanaannya memberi wewenang kepada Batara Guru.
6.                 Dalam hidupnya manusia selalu mensyukuri berkah dan anugerah Tuhan,
selalu berdoa dan mengagungkan Tuhan, Sang Pencipta.Garis kehidupan manusia sesuai ketentuan yang diketahui dan diizinkan Tuhan.Titah bisa berkomunikasi dengan Sang Penguasa Jagat Raya, Tuhan melalui perantaraan dewa dewi ataupun secara langsung. Ini tentu merupakan anugerah Gusti kepada titahnya yang terpilih, tidak sembarang orang. Pemberitahuan Ilahi juga bisa diterima melalui wahyu secara langsung ataupun lewat mimpi.Dalam cerita wayang, seseorang bisa dikontak oleh utusan Kahyangan setelah bertapa ditempat yang sepi untuk beberapa
saat(.Dewa-dewi dalam pengertian lain bisa disebut  Malaikat atau Angels).
7.                Manusia yang sudah diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan dibumi ini oleh Sang Pencipta, tidak layak kalau menyia-nyiakan hidupnya. Dia harus menjadi manusia yang berbudi pekerti, melaksanakan darma anak manusia untuk memayu hayuning bawana (Melestarikan bumi dan mempercantik kehidupan dibumi.)              
                                                                          
Legenda –legenda tanah Jawa menggambarkan :

1.                          1.   Adanya raja-raja dan penguasa yang adil dan tidak adil;ada yang baik,
bijak, tetapi ada juga yang bengis dan kejam.’
   2.          Kejujuran dan kelicikan.
   3.          Pahlawan dan pengkhianat
   4.          Negeri aman, adil makmur dan negeri yang serba semrawut dan kacau.
   5.          Kekuasaan untuk rakyat dan penyalahgunaan kekuasaan. 
   6.          Masyarakat adil makmur tata tentram kerta raharja adalah suasana
kehidupan masyarakat yang didambakan orang Jawa.

Tatakrama dan Tata Susila

Tatakrama dan Tata Susila juga tak terlepas dari budi pekerti. Berlaku sopan, bertatakrama yang meliputi sikap badan, cara duduk, berbicara dll. Misalnya dengan orang tua berbahasa halus/kromo, dengan teman berbahasa ngoko. Bahasa Jawa memang unik, dengan mudah bisa menunjukkan sifat tatakrama seseorang. Menghormati orang tua, guru, pinisepuh adalah wajib, tetapi tidak berarti yang muda tidak dihormati. Hormat kepada orang lain itu satu keharusan. Itu kesemuanya termasuk dalam Tata Susila- etika moral, yang juga meliputi :

1.                 Jujur, tidak menipu, welas asih kepada sesama. Berkelakuan baik tidak melakukan Mo Limo, yaitu : Main/berjudi; madon/ main perempuan atau
selingkuh;mabuk karena minuman keras;madat menggunakan narkoba dan maling. Tentu saja tindakan jahat yang lain seperti membunuh, menista, mengakali,memeras, menyuap, melanggar hukum dan berbuat kejam ,harus tidak dilakukan.

2.                 Berperilaku baik dengan menghindari perbuatan salah, supaya nama baik
tetap terjaga dan supaya tidak kena malu.Terkena malu bagi orang Jawa
tradisional adalah kehilangan kehormatan.Ada pepatah Jawa menyatakan :
Kehilangan  semua harta milik itu tidak kehilangan apapun; kehilangan
nyawa artinya kehilangan separoh hidup kita; tetapi kalau kehilangan kehormatan artinya kehilangan semuanya.

3.                Memelihara kerukunan, bebas dari konflik diantara keluarga, tetangga,
kampung, desa, selanjutnya ditingkat negara dan dunia, dimana hubungan harmonis antar manusia teramat penting. Kerusakan dan kekacauan yang timbul didunia ini, yang paling besar adalah dikarenakan oleh sikap manusia’Ingatlah pepatah: Rukun agawe santoso artinya : Rukun membuat kita sehat kuat.

4.                Bersikap sabar, nrimo artinya menerima dengan ikhlas dan sadar jalan
kehidupan kita dan tidak perlu iri kepada sukses orang lain Ingin hidup sukses harus berusaha dengan keras dan rajin dan mohon restu Tuhan, hasilnya terserah Tuhan.

5.                Tidak bersikap egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Ada petuah : Sepi ing pamrih, rame ing gawe.artinya bertindak tanpa pamrih dan selalu siap bekerja demi kepentingan  masyarakat dan kesejahteraan umat.Sikap yang demikian ,mudah menimbulkan tindakan ber-gotong royong, baik dalam lingkungan kecil maupun besar.

6.                Gotong Royong adalah kerjasama saling membantu dan hasilnya sama-sama dinikmati. Ini bisa berlaku diskop kecil seperti antar tetangga kampung yang merupakan kebiasaan yang sudah berjalan sejak masa kuno. Yang digotong royongkan antara lain : sama-sama membersihkan jalan desa, memperbaiki pra sarana seperti jalan desa, saluran air, balai desa dsb.Ada juga yang bergotong royong ramai-ramai membangun rumah seorang warga dll. Jadi pada intinya gotong royong adalah kerjasama antar beberapa pihak yang menghasilkan nilai lebih dipelbagai bidang yang dikerjakan bersama tersebut. Dasar gotong royong adalah sukarela dan untuk kepentingan bersama yang meliputi bidang-bidang perawatan,
pembangunan, produksi dll.Tiap peserta akan menangani bidang pekerjaan yang merupakan kemahirannya dan itu akan bersinerji dengan ketrampilan peserta lain dan “proyek” akan berjalan lancar.Berdasarkan pengalaman yang sukses dari gotong royong lingkup kecil,  gotong royong bisa dipraktekkan berupa sinerji yang berskala nasional, regional ,bahkan internasional.

Kembali ke Budi Pekerti

Pada saat keprihatinan melanda kehidupan dinegeri tercinta ini dan itu sebab
pokoknya adalah kemerosotan moral dan hukum yang sulit ditegakkan, kebenaran diplintir , rasa malu hilang entah kemana, mana yang  baik mana yang buruk dikaburkan, tata susila tak diperhitungkan.Lalu dimana pula kejujuran?Yang lagi ngetrend pada saat ini adalah janji-janji, terutama janjinya  para politikus.  Ini katanya zaman krisis multi dimensi, kalau orang dulu bilang,
Ini zaman edan!
Dalam keadaan sulit seperti apapun, tentu ada jalan keluarnya, tidak semua
orang bersifat jelek, tidak semua pemimpin  lupa diri, ada masih anak bangsa yang berkwalitas, jujur, pandai, trampil, trengginas,berani hidup sederhana, dalam perilaku dan tindakannya didasari nurani dan berkah Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Penyayang . Inilah anak bangsa, satria bangsa yang mumpuni dan akan mrantasi gawe, mengentaskan bangsa dan negara ini dari keterpurukan dan membawa kekehidupan yang lebih baik , sejahtera, aman, adil dan makmur.

Kalau kita merenung dengan hening, berbicara dengan nurani, tiada  sedikit
keraguan bahwasanya Budi Pekerti yang sarat dengan ajaran luhur moral dan etika dan kepasrahan kepada Tuhan, merupakan resep mujarab supaya bangsa dan negara terlepas dari segala keruwetan yang dihadapi (Ngudari ruwet rentenge bangsa lan negara). Krisis yang dihadapi akan ditanggulangi dengan baik bila kita semua, terutama mereka yang menjadi pemimpin, priyayi, birokrat, dengan sadar dan mantap, melaksanakan semua tindakan dengan dasar budi pekerti. Budi Pekerti yang merupakan kearifan lokal, pada dasarnya mengandung nilai-nilai universal. Budi Pekerti akan membangkitkan kepribadian yang berkwalitas : tanggap  (peka), tatag ( tahan uji), dan tanggon ( dapat diandalkan)


GURU SMAN 42 JAKARTA MENULIS: KIRIMAN DRS. I GUSTI NGURAH DWAJA : "BUDI PEKERTI"...: Blog Ki Slamet 42 : Guru SMAN 42 Jakarta Menulis Sabtu, 07 Mei 2016 - 01:05 WIB DRS. I GUSTI NGURAH DWAJA ( Penulis Buku )