Sabtu, 25 April 2015

"PUISI-PUISI SLAMET PRIYADI": “KITA ADALAH JIWA RAGA PIKIR DAN RASA” Karya : Sl...

Ki Slamet 42
“KITA ADALAH JIWA RAGA 
PIKIR DAN RASA”
Karya : Slamet Priyadi
Kita adalah jiwa dan raga,  kita adalah  pikir dan rasa
Di  dalam  jiwa raga dan di  dalam pikir rasa ada karsa
Milik Dia Sang Khalik Maha Pencipta segala yang ada
Maka di  dalam setiap melangkah, lambarilah diri kita
Dengan karsa  Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa
Penuh pikir,  penuh  rasa kasih segenap jiwa dan raga
Kepada alam,  khewan, dan  kepada  sesama  manusia
Dan, Kepada Tuhan Sang Pencipta makhluk di dunia
Kita adalah jiwa,  sempurnakan jiwa  dengan laku jiwani
Mesu diri selalu berserah diri kepada Tuhan Ilahi Rabbi
Kita adalah raga, sempurnakan raga dengan laku ragawi
Mengendalikan dengan kuat segala nafsu-nafsu jasmani
 
Kita  adalah pikir,  sempurnakan pikir dengan  memikiri
Selalu berikir matang  setiap langkah yang akan dijalani
Kita  adalah rasa,sempurnakanlah rasa dengan merasai
Merasakan sesuatu penuh penghayatan penuh ekspresi
Jiwa raga berjalan bersama, menghidupkan, mematikan
Pikir dan rasa  berjalan berdapingan ‘kan mendamaikan
Lakukanlah tugas segenap jiwa  raga  penuh keikhlasan
Lakukanlah perintah dengan segenap  pikiran perasaan
Jika segalanya dilakukan dengan segenap jiwa dan raga
Jika  semuanya dikerjakan dengan berpikir dan merasa
Dilakukan dengan penuh perilaku sikap ikhlas dan rela
Maka roda kehidupan dengan bermacam romantikanya
‘kan berjalan dengan tenteram, damai dipenuhi estetika 
Kp. Pangarakan, Bogor
Minggu, 26 April 2015 – 02:13
WIB
"PUISI-PUISI SLAMET PRIYADI": “KITA ADALAH JIWA RAGA PIKIR DAN RASA” Karya : Sl...: “KITA ADALAH JIWA RAGA PIKIR DAN RASA” Karya : Slamet Priyadi Kita adalah jiwa dan raga,   kita adalah   pikir dan rasa Di...

Minggu, 19 April 2015

"DUA PUISI" Karya Slamet Priyadi


SKETSA GARIS KEHIDUPAN
Karya:  Slamet Priyadi

Kehidupan itu laksana sketsa garis-garis
Karya Sang Maestro Sang Maha Pelukis
Ada garis tegak, lurus,lengkung berbaris
Garis diwarnai, dihapus tak bisa digubris
Sketsa lukis jadi indah atau jelek berkais
Adalah mutlak kehendak Hiyang Pelukis

Kita, hanyalah  bisa  berupaya melangkah
Menuju langit di atas pun bumi di bawah
Ketentuannya  ada  pada kehendak Allah
Sang  Maha  Hakim  penentu  benar salah



“PENGAWUR AWUR”
Karya : Slamet Priyadi

Tampilan sampeyan memang patutlah dipuji
Laksana orang suci, para kiyai bahkan wali
Tunggang-tungging di masjid sehari lima kali
Di mana tempat bicara tentang ajaran religi

Pada semua orang sesumbar aku orang suci
Yang sikap laku dan bicaranya wajib dituruti
padahal berdasar dari kebenaran diri sendiri
Yang didapat dari mengaji di pesantren Asiri

Melolong gahar seperti  tingkahnya srigala liar
Mendesis, menjalar bagai layaknya seekor ular
Wajah sampeyan pun penuh balur bedak lulur
Berperilaku hitam  sebar putih saling berbaur

Sikap sampeyan, rusak nilai agama dan kultur
Mampu dan bisanya  cuma  bertutur ngawur
Sampeyan sudah tidak mau lagi berlaku jujur
Malah merusak ajaran suci tipu para sedulur

Laku Sampeyan ketahuan teramat kurang ajar
Ajaran sampeyan yang disebar dengan berkoar
Rupanya hanya seperti kembang bunga di latar
Lain di  dalam  lain pula laku sampeyan di luar

Keburukan sampeyan memang belum terpancar
Tapi pada akhirnya semua orang kan tahu benar
Siapa sesungguhnya sampeyan itu wahai pengoar
Jangan berkelakar sebelum jiwa sampeyan bubar

Sabtu, 19 April 2015 – 22:49 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor

Kamis, 16 April 2015

"JABATAN ITU HANYA HIASAN" Karya Slamet Priyadi

Slamet Priyadi di Sumut
“JABATAN ITU HANYA HIASAN”
Karya: Slamet Priyadi
Kita kadangkala lupa  saat miliki
harta berlimpah
Saat ketampanan,  kecantikan  melekat di  wajah
Saat berilmu tinggi,  digjaya,  perkasa nan gagah
Saat dalam diri,  ada rasa kebenaran
bermarwah
Saat karir dan jabatan melekat kuat bersinggah
Lalu polah kita pun  jadi congkak,
angkuh, pongah
Saat berjalan,  membusung dada wajah
tengadah
Saat bicara bertolak pinggang tak mau mengalah
Akulah yang paling benar dan kalianlah yang salah
Kamu harus dengar, kamu harus lakukan perintah
Bersikap dumeh semua orang dianggapnya remeh
Akulah yang paling shaleh kamulah yang nyeleneh
Tunjuk sana tunjuk sini berucap kasar dan sareh
Tak sadari jabatan hanyalah  hiasan
walah-weleh
Jika tak dikelola benar maka akan cepat meleleh
Jadikan jabatan mengacu pada kebenaran Tuhan
Sikap angkuh,  sombong,  dan jumawa singkirkan
Bersikaplah  seperti air mengalir,  menyejukkan
Bersikap ba’ padi  runduk berisi,  menghidupkan
Merendah hati, ciptakan ketenangan, kedamaian
Kamis, 16 April 2015 – 17:27 WIB
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan, Bogor
"PUISI-PUISI SLAMET PRIYADI": "JABATAN ITU HANYA HIASAN" Karya Slamet Priyadi: Aki Slamet “JABATAN ITU HANYA HIASAN” Karya: Slamet Priyadi Kita kadangkala lupa   saat miliki harta berlimpah Saat...

Jumat, 10 April 2015

PUISI-PUISI BULAN JANUARI KARYA SLAMET PRIYADI

Aki Slamet Priyadi

DI SAAT MALAM TAHUN BARU 2015
Karya: Slamet Priyadi

Saat sendiri mesu diri dalam kamar tak bercahaya
Aku coba ngeraga sukma melepas jiwa dari raga
Layang kembara ke seluruh negeri naik Rajawali
Tunggang kendarai Garuda Sakti di bumi pertiwi
Jadi pedoman acuan diri dalam memcari jati diri
Menjadikan sejatinya manusia, bersih jiwa sejati
Maka akupun terbang melayang ke angkasa raya
Melanglang gagah perkasa kitari bumi nusantara
Kepakkan sayap seluas jagad tatap bumi persada
Yang penuh segala gerak kehidupan para pekerja
Sambut meriah malam tahun baru di seluruh kota
Dari Sabang di Sumatra sampai Merauke di Papua

Aku menundukkan kepala tatapkan mata ke bawah
Lihat manusia di seluruh kota begitu melimpah ruah
Berbagai macam jenis hiburan tampil sangat  meriah
Para hidung belang asyik-asyuk di hotel-hotel mewah
Tidak peduli seberapa banyak habiskan banyak uang
yang penting gelora birahi tersalurkan dengan lapang
Saat kelompok musik beraksi di panggung pentas
Pencopet gerayangi saku penonton dengan bebas
Yang asyik menikmati musik cadas beraliran keras
Para polisi tampak sibuk mengatur jalan lalu lintas
yang begitu padat dengan beribu macam kendaraan
Berseliweran di antara manusia berdesak-desakkan

Pedagang terompet merayu pembeli jajakan dagangan
Mereka saling bersaing, harga trompet pun diturunkan
Karena sebentar lagi tepat jam dua belas tengah malam
Saat suara sirine,trompet,klakson kendaraan dibunyikan
Menyambut tahun yang baru dengan penuh pengharapan
Meski serasa perut malam seperti jalan merayap perlahan
Gempita malam tahun baru menggema di segala penjuru
Melupakan haru biru segala masalah yang membelenggu
Berbagai macam-raggam musibah yang datang menggebu
Musibah banjir, tanah longsor, gempa bumi, pesawat jatuh
Dari kasus-kasus korupsi yang sudah dan belum terungkap
Yang dilakukan para manusia-manusia bermuka rangkap

Mereka sangat pandai, berilmu dan berpendidikan tinggi
Tetapi kepandaiannya dipakai untuk menipu dan minteri
Cari siasat agar selamat dari kasus hukum yang menjerat
Dialah politikus, tikus-tikus yang bersifat tamak dan rakus
Dialah penegak hukum yang pandai malak mainkan hukum
Dialah para pejabat bejat, yang suka mengerat uang rakyat
Pandai merubah wajah, merubah diri, mahir berargumentasi
Sementara di desa terpencil masih banyak masyarakat kecil
Hidupnya melarat tak memiliki tanah, tak memiliki rumah
Apa lagi untuk menggarap sebidang kebun sepetak sawah
Bertahan hidup pun hanya dari garap hutan pohon bambu
Yang terletak berdekatan dengan pondoknya yang mungil
Berkarya membuat kerajinan bambu yang dijual di pasar
Jika malam hari tak ada cahaya penerang hanya pelita kecil
Yang sumber apinya dipetik diolah dari buah pohon jarak 
Oleh karena tiada sanggup lagi untuk membeli minyak

Yakh, begitulah faktanya sisi kehidupan di negeri ini
Negeri yang kaya, subur makmur, aman dan sentosa
Negeri yang indah bagaikan zamrud di khatulistiwa
Gemah ripah tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman
Namun perbedaan hidup masih pincang jauh dari nyata
Antara si miskin papa dan si kaya yang paling kuasa
Sementara rasa persatuan antar sesama tak jelas arahnya
Oyak-terkoyak oleh peristiwa-peristiwa perang antar warga
Perang antar suku, antar desa, bahkan perang antar agama
Belum lagi tawuran antar pelajar yang seperti menjadi tradisi
Dari tahun ke tahun masih terus saja berulang-ulang terjadi
Semoga di tahun dua ribu lima belas ini ada perubahan berarti
Di seluruh Nusantara, di Negara Kesatuan Republik Indonesia
S e m o g a !

Rabu, 01 Januari 2015 - 3:54 WIB


SKETSA MALAM
By Slamet Priyadi


Lolong serigala nun jauh di atas puncak bukit
Pecahkan  heningnya  malam  kian deru derit
Kelelawar, celepuk beguik-guik mencuit-cuit
 Serangga  kecil  terbang  sakit  menjerit-jerit
Termangsa raksasa angkasa berperut buncit
Nyawa pun layang kembara di perut malam
Terbenam dalam pekat nan seramnya alam
Ke gaib, raib, sirna hilang gelap pekat kelam

Kodok bangkong di sawah berkuk-kuk kong
Tikus-tikus sawah seliweran di  celah lorong
Ular sanca menjalar kisut di  gorong-gorong
Anjing- anjing liar terus saja menggonggong
Kucing-kucing hutan liar mengeong-ngeong
Kemerisik daun griyat-griyut bambu betong
 Protes hewan dan alam tuk manusia bolong
Berjiwa tamak, serakah bagai kucing garong

Halim Perdanakusuma, 13 Januari 2015 - 11:02 WIB



SKETSA ALAM MARCAPADA
Karya Slamet Priyadi

Saat  aku  baru bangun dari lamin amben panjang
Aku tatap jendela rumah kayunya nampak usang
Nun di luar sana  di tanah kosong kebun belakang
Di antara ranting-ranting pohon berdaun  rindang
Burung-burung kecil kutilang bersenandung riang
Terbang melayang-layang ungkapkan rasa senang

Sementara sinar Sang Surya pagi semakin terang
Kulihat ada ular sanca kembang menjalar tenang
Sergap sepasang tikus  dengan  lahap  dan garang
Tikus-tikus  gorong yang baru  ke  luar dari lubang
Setelah nikmati birahi tak nyana nyawa melayang
Ular Kobra menjalar sembunyi di gerumbul ilalang

Aku masih tetap menatap kebun dari balik jendela
Menerawang jauh kaji segala peristiwa alam maya
Tentang sketsa garis kehidupan di alam marcapada
Yang penuh dengan romantika bahagia dan nestapa
Yang penuh dengan lara, suka, senang dan samsara
Yang berputar datang silih berganti hiasi dunia fana

Saat Mentari  meninggi pukul dua belas tengah hari
Dan sinarnya tembus kaca jendela bingkai kayu jati
Yang panasnya terasa  di  kepala hingga jemari kaki
Akupun segera beranjak lalu pergi ke kamar mandi
Bersihkan segala kotoran yang melekat  di dalam diri
Bersihkan segala kotoran yang melekat di dalam hati 

Sabtu, 31 Januari 2015 – 10:20 WIB



SAAT PUKUL TIGA TIGA PULUH PAGI
Karya: Slamet Priyadi 

Orang gila‘tu berkemeja lengan pendek, bercelana Jean robek
Berambut keriting dipenuh debu, bertubuh kurus dan pendek
Bermata cekung, berkumis kecokelatan dan berhidung pesek
Dia terus berjalan mundar-mandir bicara sendirian laku cuek   
Sudah dua belas kali aku melihat orang gila itu seliwar-sliwir
Berjalan bungkuk di jalan penuh genangan air yang mengalir
Saat hujan rintik-rintik  menjelang pukul tiga, tiga puluh pagi
Persis di depangapura SPN Lido Jalan Raya Ciawi-Sukabumi

Sambil menanti-nantikan Bus jurusan Pulo Gadung-Sukabumi
Yang  akan aku tumpangi untuk berangkat kerja tugas profesi
Aku terus perhatikan  orang  gila itu yang menoleh ke arahku
Tak kunyana dia menghampiriku  seraya berkata dengan lugu
Akang, boleh saya minta udutnya barang sebatang saja, kang!
Aku ambil bungkus rokok disaku yang masih sisa lima batang
Lalu ku berikan  kepadanya, nampak ia merasa begitu senang
Sementara bus yang ku nanti-natikan lama belum juga datang

Orang gila itu berkata lagi kepadaku  sambil tunjukan jari lima
Akang beri aku rokok lima batang itu punya makna lho, kang!
Dengar  jawaban  seperti itu aku heran, lalu bertanya padanya
Wah,  sama sekali tidak ada itu,  memangnya  kenapa, Mang?
Begini  kang, satu itu jujur, sabar, dan kasih pada semuaorang
Dua berarti  perasa,  pengiba, penyayang tapi juga pemberang
Tiga  itu penuh angkara,  penuh nafsu tapi berjiwa terusterang
Empat  berarti  cepat,giat, periang dan suka bersenang-senang
Lima itu  pintar berdalih, tak mau mengalah, maunya menang

Dengar semua penuturan tentang perilaku kebanyakan orang
Dari si Mang yang katanya gila itu  hatiku pun jadi meradang
Gilakah , sedengkah, gendengkah dia, atau hanya pura-pura?
Akupun bertanya,Mang berkata begitu sumbernya dari siapa?
Sungguh  tak  kunyana, tak kuduga, tak kusangka, jawabnya, 
Cuma,  ha haha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha
Aku  merinding,  bulu romaku bergidik,  untung saja Bus tiba
Aku  segera lompat ke dalam bus untuk hindari itu orang gila

Jumat, 23 Januari 2015—21:19 WIB



SKETSA GARIS HIDUP
By Slamet Priyadi

Kehidupan itu laksana sketsa garis-garis
Karya Sang Maestro Sang Maha Pelukis
Ada garis tegak, lurus,lengkung berbaris
Garis diwarnai, dihapus tak bisa digubris
Sketsa lukis jadi indah atau jelek berkais
Adalah mutlak kehendak Hiyang Pelukis

Kita hanyalah bisa berupaya melangkah
Menuju langit di atas pun bumi di bawah
Ketentuannya ada pada kehendak Allah
Sang Maha Hakim penentu benar salah

Minggu, 18 Januari 2015 05:10 WIB



PERILAKU
By Slamet Priyadi

Tampilan sampeyan memang patutlah dipuji
Laksana orang suci para kiyai bahkan wali
Di mana tempat bicara tentang ajaran religi
Kepada orang-orang umbar rasa benar sendiri
Tentang ajaran suci berdasarkan kebenaran diri
Tak pernah mau mengerti maunya dimengerti

Laku Sampeyan memang teramat kurang ajar
Tak pernah mau mendengar maunya didengar
Lain di dalam lain pula laku sampeyan di luar
Yakh, keburukan memang tak perlu dipancar
Sadari saja begitu memang lakon para penalar
Paling suka hidup yang penuh hingar bingar
Nampak sangar, gahar merasa paling benar

Sabtu, 17 Januari 2015 – 15:08 WIB




AWUR-NGAWUR
By Denmas Priyadi

Melolong-lolong seperti laku srigala liar
Mendesis menjalar seperti seekor ular
 Wajahmupun dibalur penuh bedak lulur
Prilaku hitam dan putih saling berbaur
Jauhkan segala nilai-nilai budaya kultur
Mampu dan bisa cuma bertutur ngawur



SKETSA MALAM
By Slamet Priyadi


Lolong serigala nun jauh di atas puncak bukit
Pecahkan  heningnya  malam  kian deru derit
Kelelawar, celepuk beguik-guik mencuit-cuit
 Serangga  kecil  terbang  sakit  menjerit-jerit
Termangsa raksasa angkasa berperut buncit
Nyawa pun layang kembara di perut malam
Terbenam dalam pekat nan seramnya alam
Ke gaib, raib, sirna hilang gelap pekat kelam

Kodok bangkong di sawah berkuk-kuk kong
Tikus-tikus sawah seliweran di  celah lorong
Ular sanca menjalar kisut di  gorong-gorong
Anjing- anjing liar terus saja menggonggong
Kucing-kucing hutan liar mengeong-ngeong
Kemerisik daun griyat-griyut bambu betong
 Protes hewan dan alam tuk manusia bolong
Berjiwa tamak, serakah bagai kucing garong

Halim Perdanakusuma, 13 Januari 2015
11:02 WIB



TUYUL BERGAJUL DI PANGARAKAN
Karya Slamet Priyadi

Kampung Pangarakan kini sudah tak aman berjaya
Bukan  karena  perang  antar  suku,  ras dan agama
Bukanlah  pula  perang  antar warga  penyebabnya
Bukanlah  pula  karena  pencurian yang meraja lela
Tapi karena  seringnya uang  hilang entah ke mana
Hilang lenyap raib  penuh  misteri  jadi tanda tanya

Peristiwa  dan kejadian  seperti ini  berulang terjadi
Dialami  oleh  para  tetangga  terutama  aku  sendiri
Anehnya  uang  yang  hilang  kisaran  seratus ribuan
Baik di dompet, bawah kasur atau di lemari pakaian
Menyulut  pertengkaran  antar saudara saling curiga

Bahkan suami-istri saling tuduh tak ada juntrungnya
Suatu ketika, aku ambil uang gaji di Bank DKI Cililitan
Jumlah  uang  gaji  itu  benar  berjumlah  lima jutaan
Sudah kulihat sendiri pada mesin yang diperlihatkan
Oleh kasir bank DKI yang bersikap ramah  dan  sopan
Dan sudah kuhitung ulang pula untuk membuktikan
Kebenaran,ketepatan jumlah uang yang diserahkan

Setiba  di rumah  aku  hitung kembali uang gaji di tas
Sungguh aku heran bukan kepalang hatiku was-was
Uang  itu berkurang jadi empat juta lapan ratus  pas
Peristiwa sama  dialami pula tetangga depan rumah
Yang berkisah akan keheranannya peristiwa kaprah
Yang terjadi di Kp. Pangarakan dan Kampung Sawah

Ketika  di rumah adakan acara sunat masal bersama
Oleh Perhimpunan Dokter RS Cipta Mangunkusuma
Dan  Perkumpulan  Alumni  SD  Sabda  Palon Jakarta
Kejadian  uang  hilang secara  gaib kembali berulang
Ada tiga orang  dokter yang  merasa  uangnya hilang
Padahal ada di  dalam dompet yang masih dipegang

Dokter-dokter  itu seperti  mengalami peristiwa aneh
Uang yang di dompet sebanyak dua ratus ribu rupiah
Raib secara misterius lenyap dalam waktu bersamaan
Lalu bertanya kepada istriku dengan rasa  keheranan:
“Bu, apa di daerah ini ada orang yang pelihara tuyul?”
“Itu mungkin  saja, bu! karena uang gaji  suami  saya,
juga sering raib setiba di rumah ditarik tuyul bergajul!”

Minggu, 04 Januari 2015—12:37 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor



SEMAK BELUKAR ITU SARANG ULAR
Karya Slamet Priyadi

Hujan rinai yang  terus-menerus  sirami  bumi  pangarakan
Segartumbuhkan  segala  tanaman  yang  ada  di  halaman
Rumput  gajah,  tapak  liman  merah  tumbuh  berserakan
 Jambu  kelutuk, jeruk limau, bluntas, dan dondongg jaran
Jikalau kita bisalah mengolahnya,  dibuat  jadikan ramuan
Adalah  obat peurun darah, koreng, batuk, dan bau badan

Sementara  tanah  di  samping rumah tumbuh  semak  belukar
Gumuk  Ilalang  semakin membesar menyebar jadi sarang ular
 Kobra, sanca  menjalar, ular hijau  di  batang bluntas melingkar
Di batang pohon mangga dua tokek jantan sedang bertengkar
Bertarung rebutkan tokek betina yang lari bersembunyi di akar
Menanti sang tokek jantan pemenang untuk hening berkelakar

 Suatu ketika  cucuku buka tas tempat mainan yang ada di lantai
 Tidak dinyana di  dalamnya ada ular kobra  kecil  ke luar  lalu lari
 Menggeliat-geliat di lantai kemudian sembunyi di bawah lemari
Secepatnya  kuangkat kugendong cucuku letakkan di atas kursi
Tak mau ambil resiko, kuambil seciduk air panas dari dispenceri
Lalu kusiramkan seciduk air panas itu ke ular kobra sampai mati

Suatu ketika di dapur ada ular hijau ditumpukan kacang panjang
Yang akan dibuat  sayur tumis kacang dan kembang paya lanang
Untung saja  istriku  lihat jelas ular itu yang  bergerak bergoyang
Istriku  kaget menjerit-jerit minta tolong akupun segera datang
Cepat kuambil  pedang yang tergantung  di  dinding sisi  wayang
Lalu kutebas leher ular hijau itu hingga nyawanya pun melayang 

Suatu ketika saat menantuku hendak pergi mandi di siang bolong
Tiba-tiba, ia berteriak-teriak, menjerit-jerit keras meminta tolong
Di kamar mandi  ular kobra  besar  melingkar  di kran air rempong
Segera aku siram dengan air panas, ular melesat ke sudut gorong
Kusiram lagi ular itu dengan air panas sampai kulitnya mengelupas
Sebab  minggu  yang lalu  tetanggaku juga digigit ular hingga tewas  

Belum lama ini sekitar sebulan yang lalu pun ada tiga ekor anak ular
Masuk  kamar mandi lewat saluran air yang lupa ditutup batu besar
Ketiga  anak  ular kobra itu  terus merayap perlahan-lahan menjalar
Menantuku  yang  satu lagi yang berani dan tidak takut dengan ular
Tangkap ketiga anak ular satu-satu, lalu dimasukkan ke toples besar
ketiga anak ular pun disiram dengan air panas sampai mati terkapar

Sabtu, 03 Januari 2015 – 13:48 WIB