Jumat, 10 April 2015

PUISI-PUISI KARYA SLAMET PRIYADI



“ I N G S U N ”
Karya Slamet Priyadi

Lima puluh delapan tahun empat sasi ingsun t’lah kembara
Ngelayang terbang terumbang-ambing di alam marcapada
Terbelenggu tali-temali panjang kekang lingkaran samsara
Atma pun nerawang lewati lawang-lawang suka bahagia
Telusuri  alam jiwa raga yang terus saling gelut bergelora
Membara di awang-awang tak bisa langkahi karang marga
Tuju tempat akhir manusia hidup di syurga atau di neraka

Ingsun mesu diri renungkan tentang syariat, dan makrifat
Hakikat sikap hidup di alam mayapada dan di alam akhirat
Yang tiada ada kendali keculi “Dia”, Tuhan Sang Maha Zat
Sang Maha Raja, Maha terkuat dari segala raja yang kuat
Yang perintah-Nya haruslah dilaksanakan tanpa bersyarat
Yang hanya kepada-Nya kita mengharapkan segala hasrat
Tempat memohon  minta segala keinginan yang menggeliat

Tetapi mengapa hingga  sekarang ingsun masih bersiasat ?
Ingsun masih tak menyadari diri ini  bagaikan seekor lalat
Selalu saja mencari-cari alasan dan belum juga mau tobat
Padahal dosa-dosa sudah makin berwarna hitam berkarat
Bergelimang nafsu  angkara murka,  umbar nafsu maksiat
Bersikap angkuh, sombong congkak,  melupakan sholat
Padahal usia sudah semakin tua tak bisa lagi diulang ralat

Satu demi satu pun sahabat karib pergi tinggalkan ingsun
Dan itu telah buat kropos  bangunan karib yang tersusun
Namun, ada detak-detak  hati nurani mengalu beruntun
Suarakan nada-nada  kesucian religi yang terus mengalun
Ajak ingsun untuk kembali ke hijaunya lembah dan gurun
Berjuang  seberangi belantara da’wah nan lembut santun
Jauhkan angkara satukan sifat kasih dalam tubuh ingsun

Jumat,
03 April 2015 – 09:26 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor


“EXPRESI MALAM HARI”
Karya Slamet Priyadi

Ketika lampu listrik itu padam di tengah malam
Suasana gulita pun  terasa  semakin mencekam
Rupa  Sang  Putri  Dewi malam nampak muram
Bercadar selimut tebal bertabirkan awan hitam

Tiada lagi sinar  keemasan di peraduan malam
Semua yang ada nampak semakin menghitam
Sehitam warna suasana hati  yang jadi geram
Lihat segala tingkah laku manusia kotori alam

Gemericik riak air sungai yang mengalir marah
Sentuh bebatuan terpercik rona merona wajah
Percik air merah menyengat aroma anyir darah
Ayam-ayam potong melolong tak punya wajah

Sementara kelelawar hitam keluar  dari sarang
Kepakkan sayap  terbang  melayang liar garang
Sergap mangsa sang  laron nyawapun melayang
Tinggallah sang katak dalam hati yang meradang

Suara serangga orong-orong di pohon singkong
Suara anjing liar yang terus saja melolong-lolong
Adalah tembang nyanyian kloro-loro bolo katong
yang tak pernah sepi dan terus saja merongrong

Bumi Pangarakan, Bogor
Jumat, 03 April 2015 – 23:53 WIB



SERASA RUH HILANG SEPARUH
Karya:
Slamet Priyadi



Saat kenangan itu hadir lagi mengoyak relung jiwa
Serasa ruh hilang separuh kembara entah kemana
Dan separuhnya, jadi ungkitkan lagi kenangan lama
Terasa menggigit sakit kambuhkan lagi bekas luka

Wajah rebah bersimpuh dalam separuh kesadaran
Inginkan bongkah  kenangan yang lama berserakan
Kembali tersatukan untuk semaikan rasa kasmaran
Yang terus selalu  membelenggu rasa, jiwa, pikiran

Padahal sudah lama  aku coba  membuang duka lara
Kepakkan  sayap terbang tinggi pergi ke  maniloka
Manjakan, puaskan  segala hasrat kesenangan rasa
Hanya untuk lupakan semua kenangan tapi tak bisa

Kini semakin terasa,  serasa  ruhku hilang separuh
Atma pupus, raib, gaib tak bisa lagi berpikir jauh
Nalar  semakin  hancur luluh hanya bisa bersimpuh
Sesali yang terjadi, kenapa kau hadir lagi berlabuh

Sabtu, 04 April 2015 – 18:40 WIB
Bumi Pangarakan, Bogor


"NENEK TUA MISTERIUS"
Karya: Slamet Priyadi

Sudah lima kali kelelawar hitam itu terbang balik berputar
Berkelebat sebat di  depan wajahku yang sedikit bergetar
Hembus angin kepak sayapnya buat wajah seperti ditampar
Ngeri, bulu kuduk berdiri tubuhku mulai bergidik gemetar
Meski begitu, kuterus melangkah berjalan halau rasa gusar

Sementara jalan yang aku lalui begitu becek, gelap dan sepi
Hanya ada lampu jalan yang  sebentar hidup  sebentar mati
Hujan rinai sejak pagi hingga malam hari pun tak mau henti
Dalam rasa takut yang akut kelelawar itu kagetkan aku lagi
Kembali berkelebat depan wajahku  seperti beri informasi,

Tuan,  aku  sarankan sebaiknya, jangan lanjutkan perjalanan
Sebab di sana ada sesuatu yang mungkin menakutkan, tuan!
Peringatan sang kelelawar sama sekali tidak aku perdulikan
Seraya baca mantra pengusir syetan, aku teruskan berjalan
Telusuri jalan sepi  yang ditumbuhi banyak semak tumbuhan

Saat lewati pohon jamblang yang tinggi, besar dan rindang
Ada sosok wanita tua berwajah keriput berambut panjang
Menyapa parau tertawa cekikikan tubuhnya menggerayang
Hi, hi, hi, cucu mau kemanakah gelap-gelap sudah ngayang?
Saya orang dekat sini, nek mau berangkat kerja cari uang!

Mendengar jawabanku sang nenek berikan pesan religius :
“Tapi ingat cucuku, semua harus dilambari motivasi serius
Giatlah bekerja, berlandas sikap perilaku baik dan bagus
Untuk kebahagiaan bersama keluarga, janganlah tergerus
Segala iming dunia yang membuat bahagiamu terberangus!”

Jumat, 10 April 2015 – 21:34 WIB
Slamet Priyadi Di Kp. Pangarakan, Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar