TRIBUNnews.com – Jumat, 09
Mei 2014
TRIBUNNEWS.COM,
BANDA ACEH - Sai (55),
warga Gampong Cot Meukaso, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya (Pijay), sudah
lebih sebulan bersembunyi di hutan desa itu setelah lolos dari sergapan warga
desanya, Minggu, 2 Maret lalu. Saat itu
belasan warga berupaya menangkapnya karena diduga tega menghamili putri
sulungnya sebanyak lima kali dalam 15 tahun terakhir, sejak anak itu berumur 15
tahun hingga kini 30 tahun.
Istri dan
empat anaknya tak kuasa menghalangi perbuatan bejat Sai, sehingga warga sepakat
untuk meringkusnya. Namun tersangka inses (hubungan sedarah) yang berprofesi
sebagai dukun dan ke mana-mana membawa parang tajam itu berhasil kabur melalui
halaman belakang rumahnya. Kini ia diperkirakan bersembunyi di dalam hutan yang
tak jauh dari rumahnya.
Sejak Sai
lari dari rumahnya yang berdinding tepas, anak sulungnya itu, sebut saja
bernama Mawar, langsung dievakuasi oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Aceh (BP2A) Pijay agar si anak tak lagi menjadi korban perkosaan
ayah kandungnya.
Sai juga
dikabarkan tega menggugurkan kandungan anaknya itu sebanyak empat kali. Setelah
menggugurkan kandungan anaknya, Sai biasanya melakukan ritual yang tak lazim,
yakni memakan mentah-mentah plasenta (ari-ari) janin yang merupakan benihnya
itu.
"Cerita
itu saya dapatkan dari korban setelah ia berhasil kami evakuasi dari rumah
orang tuanya," kata Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Perempuan dan Anak
Pijay, Drs Rosmiati kepada Serambi (Tribunnews.com Network) di Hotel
Hermes Hotel, Banda Aceh, kemarin.
Dari Mawar,
Rosmiati juga mendapat informasi bahwa Sai, ayah yang menghamili Mawar, dikenal
di desanya sebagai dukun yang introvert (tertutup). Tapi ia punya kelebihan,
mampu menautkan luka orang hanya dengan sapuan tangannya, tanpa perlu dijahit
atau diperban seperti yang lazim dilakukan paramedis. Dalam dunia mistik, ini
disebut ilmu pantan. Tak jelas ia berguru di mana.
Selain itu,
watak Sai digambarkan anaknya kepada Rosmiati, temperamental (mudah tersinggung
dan mudah marah). Sehari-hari ia memegang parang yang terasah tajam. Bahkan
saat menggauli anaknya pun, parang tajam itu ia letakkan di leher sang anak.
Istri dan
empat anaknya, kata Rosmiati, benar-benar tertekan perasaan dan takut pada Sai.
Apalagi Sai kerap mengancam bunuh mereka bila perbuatannya menghamili sang anak
dilaporkan kepada orang lain, apalagi kepada polisi.
Namun,
lambat laun perbuatan inses Sai dengan anak sulungnya diketahui tetangga dan
warga sekampung, karena Mawar sering terlihat bunting, sedangkan ia tak punya
suami.
Keuchik
Gampong Cot Meukaso, Trienggadeng, Pidie Jaya, Hanafiah Abdul Majid, Maret lalu
berhasil menggalang kesepakatan dengan warganya untuk mengusir Sai dari gampong
(kampung) itu karena tindakannya telah menodai gampong. Tapi saat didatangi ke
rumahnya, dia hadang warga dengan parang terhunus.
Menurut
Rosmiati, warga gampong mendesak aparat keamanan untuk segera membekuk pelaku.
Jika polisi tak proaktif, warga bahkan telah merencanakan untuk membakar rumah
Sai agar ia tak leluasa lagi kembali ke rumah itu. Apalagi pelaku juga
dikabarkan tega memperkosa adik Mawar, padahal perempuan itu sudah bersuami.
"Sebaiknya
polisi bertindak cepat, sebelum terjadi penghakiman oleh massa," ujarnya.
Kekhawatiran
Rosmiati tak berlebihan, mengingat tahun 2005 puluhan warga pernah menghakimi
Sai dengan membakar gubuk tempat tinggalnya. Namun, Sai bukan tipe pria yang
mudah keder dan keok. Bagai tak kunjung jera, ia ulangi lagi menghamili Mawar,
bahkan menggauli adik Mawar yang sudah menikah. Kini Mawar hamil enam bulan dan
sudah dijauhkan dari rumah orang tuanya.
Menurut
Rosmiati, pihaknya bakal kontinyu mengupayakan pendampingan terhadap Mawar,
termasuk perlindungan bagi kesehatan diri dan janin yang kini dikandungnya.
Akankah kali ini bayi yang merupakan benih ayahnya itu lahir selamat? Akan
terjawab dua-tiga bulan lagi. (yarmen dinamika)