|
Aki Slamet Priyadi |
DI SAAT MALAM TAHUN BARU 2015
Karya: Slamet Priyadi
Saat sendiri mesu
diri dalam kamar tak bercahaya
Aku coba ngeraga sukma melepas jiwa dari raga
Layang kembara ke seluruh negeri naik Rajawali
Tunggang kendarai Garuda Sakti di bumi pertiwi
Jadi pedoman acuan diri dalam memcari jati diri
Menjadikan sejatinya manusia, bersih jiwa sejati
Maka akupun terbang melayang ke angkasa raya
Melanglang gagah perkasa kitari bumi nusantara
Kepakkan sayap seluas jagad tatap bumi persada
Yang penuh segala gerak kehidupan para pekerja
Sambut meriah malam tahun baru di seluruh kota
Dari Sabang di Sumatra sampai Merauke di Papua
Aku menundukkan kepala tatapkan mata ke bawah
Lihat manusia di seluruh kota begitu melimpah ruah
Berbagai macam jenis hiburan tampil sangat
meriah
Para hidung belang asyik-asyuk di hotel-hotel mewah
Tidak peduli seberapa banyak habiskan banyak uang
yang penting gelora birahi tersalurkan dengan lapang
Saat kelompok musik beraksi di panggung pentas
Pencopet gerayangi saku penonton dengan bebas
Yang asyik menikmati musik cadas beraliran keras
Para polisi tampak sibuk mengatur jalan lalu lintas
yang begitu padat dengan beribu macam kendaraan
Berseliweran di antara manusia berdesak-desakkan
Pedagang terompet merayu pembeli jajakan dagangan
Mereka saling bersaing, harga trompet pun diturunkan
Karena sebentar lagi tepat jam dua belas tengah malam
Saat suara sirine,trompet,klakson kendaraan dibunyikan
Menyambut tahun yang baru dengan penuh pengharapan
Meski serasa perut malam seperti jalan merayap perlahan
Gempita malam tahun baru menggema di segala penjuru
Melupakan haru biru segala masalah yang membelenggu
Berbagai macam-raggam musibah yang datang menggebu
Musibah banjir, tanah longsor, gempa bumi, pesawat jatuh
Dari kasus-kasus korupsi yang sudah dan belum terungkap
Yang dilakukan para manusia-manusia bermuka rangkap
Mereka sangat pandai, berilmu dan berpendidikan tinggi
Tetapi kepandaiannya dipakai untuk menipu dan minteri
Cari siasat agar selamat dari kasus hukum yang menjerat
Dialah politikus, tikus-tikus yang bersifat tamak dan rakus
Dialah penegak hukum yang pandai malak mainkan hukum
Dialah para pejabat bejat, yang suka mengerat uang rakyat
Pandai merubah wajah, merubah diri, mahir berargumentasi
Sementara di desa terpencil masih banyak masyarakat kecil
Hidupnya melarat tak memiliki tanah, tak memiliki rumah
Apa lagi untuk menggarap sebidang kebun sepetak sawah
Bertahan hidup pun hanya dari garap hutan pohon bambu
Yang terletak berdekatan dengan pondoknya yang mungil
Berkarya membuat kerajinan bambu yang dijual di pasar
Jika malam hari tak ada cahaya penerang hanya pelita kecil
Yang sumber apinya dipetik diolah dari buah pohon jarak
Oleh karena tiada sanggup lagi untuk membeli minyak
Yakh, begitulah faktanya sisi kehidupan di negeri ini
Negeri yang kaya, subur makmur, aman dan sentosa
Negeri yang indah bagaikan zamrud di khatulistiwa
Gemah ripah tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman
Namun perbedaan hidup masih pincang jauh dari nyata
Antara si miskin papa dan si kaya yang paling kuasa
Sementara rasa persatuan antar sesama tak jelas arahnya
Oyak-terkoyak oleh peristiwa-peristiwa perang antar warga
Perang antar suku, antar desa, bahkan perang antar agama
Belum lagi tawuran antar pelajar yang seperti menjadi tradisi
Dari tahun ke tahun masih terus saja berulang-ulang terjadi
Semoga di tahun dua ribu lima belas ini ada perubahan berarti
Di seluruh Nusantara, di Negara Kesatuan Republik Indonesia
S e m o g a !
Rabu,
01 Januari 2015 - 3:54 WIB
SKETSA MALAM
By Slamet Priyadi
Lolong
serigala nun jauh di atas puncak bukit
Pecahkan heningnya malam
kian deru derit
Kelelawar, celepuk beguik-guik mencuit-cuit
Serangga
kecil terbang sakit
menjerit-jerit
Termangsa raksasa angkasa berperut buncit
Nyawa pun layang kembara di perut malam
Terbenam dalam pekat nan seramnya alam
Ke gaib, raib, sirna hilang gelap pekat kelam
Kodok bangkong di sawah berkuk-kuk kong
Tikus-tikus sawah seliweran di celah lorong
Ular sanca menjalar kisut di gorong-gorong
Anjing- anjing liar terus saja menggonggong
Kucing-kucing hutan liar mengeong-ngeong
Kemerisik daun griyat-griyut bambu betong
Protes hewan
dan alam tuk manusia bolong
Berjiwa tamak, serakah bagai kucing garong
Halim
Perdanakusuma, 13 Januari 2015 - 11:02 WIB
SKETSA ALAM MARCAPADA
Karya Slamet Priyadi
Saat aku
baru bangun dari lamin amben panjang
Aku tatap
jendela rumah kayunya nampak usang
Nun di luar
sana di tanah kosong kebun belakang
Di antara
ranting-ranting pohon berdaun rindang
Burung-burung
kecil kutilang bersenandung riang
Terbang
melayang-layang ungkapkan rasa senang
Sementara
sinar Sang Surya pagi semakin terang
Kulihat ada
ular sanca kembang menjalar tenang
Sergap
sepasang tikus dengan lahap
dan garang
Tikus-tikus gorong yang baru ke
luar dari lubang
Setelah nikmati
birahi tak nyana nyawa melayang
Ular Kobra
menjalar sembunyi di gerumbul ilalang
Aku masih
tetap menatap kebun dari balik jendela
Menerawang
jauh kaji segala peristiwa alam maya
Tentang
sketsa garis kehidupan di alam marcapada
Yang penuh
dengan romantika bahagia dan nestapa
Yang penuh
dengan lara, suka, senang dan samsara
Yang
berputar datang silih berganti hiasi dunia fana
Saat
Mentari meninggi pukul dua belas tengah
hari
Dan sinarnya
tembus kaca jendela bingkai kayu jati
Yang
panasnya terasa di kepala hingga jemari kaki
Akupun
segera beranjak lalu pergi ke kamar mandi
Bersihkan
segala kotoran yang melekat di dalam
diri
Bersihkan
segala kotoran yang melekat di dalam hati
Sabtu, 31
Januari 2015 – 10:20 WIB
SAAT PUKUL TIGA TIGA PULUH PAGI
Karya: Slamet Priyadi
Orang gila‘tu berkemeja lengan pendek, bercelana Jean robek
Berambut keriting dipenuh debu, bertubuh kurus dan pendek
Bermata cekung, berkumis kecokelatan dan berhidung pesek
Dia terus berjalan mundar-mandir bicara sendirian laku
cuek
Sudah dua belas kali aku melihat orang gila itu
seliwar-sliwir
Berjalan bungkuk di jalan penuh genangan air yang mengalir
Saat hujan rintik-rintik
menjelang pukul tiga, tiga puluh pagi
Persis di depangapura SPN Lido Jalan Raya Ciawi-Sukabumi
Sambil menanti-nantikan Bus jurusan Pulo Gadung-Sukabumi
Yang akan aku
tumpangi untuk berangkat kerja tugas profesi
Aku terus perhatikan
orang gila itu yang menoleh ke
arahku
Tak kunyana dia menghampiriku seraya berkata dengan lugu
Akang, boleh saya minta udutnya barang sebatang saja, kang!
Aku ambil bungkus rokok disaku yang masih sisa lima batang
Lalu ku berikan kepadanya, nampak ia merasa begitu
senang
Sementara bus yang ku nanti-natikan lama belum juga datang
Orang gila itu berkata lagi kepadaku sambil tunjukan jari lima
Akang beri aku rokok lima batang itu punya makna lho, kang!
Dengar jawaban seperti itu aku heran, lalu bertanya padanya
Wah, sama sekali
tidak ada itu, memangnya kenapa,
Mang?
Begini kang, satu itu
jujur, sabar, dan kasih pada semuaorang
Dua berarti
perasa, pengiba, penyayang tapi
juga pemberang
Tiga itu penuh
angkara, penuh nafsu tapi berjiwa
terusterang
Empat berarti cepat,giat, periang dan suka bersenang-senang
Lima itu pintar
berdalih, tak mau mengalah, maunya menang
Dengar semua penuturan tentang perilaku kebanyakan orang
Dari si Mang yang katanya gila itu hatiku pun jadi
meradang
Gilakah , sedengkah, gendengkah dia, atau hanya pura-pura?
Akupun bertanya,Mang berkata begitu sumbernya dari siapa?
Sungguh tak kunyana, tak kuduga, tak kusangka,
jawabnya,
Cuma, ha haha ha ha
ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha
Aku merinding, bulu romaku bergidik, untung saja Bus tiba
Aku segera lompat ke
dalam bus untuk hindari itu orang gila
Jumat, 23 Januari 2015—21:19 WIB
SKETSA GARIS HIDUP
By Slamet Priyadi
Kehidupan itu laksana sketsa garis-garis
Karya Sang Maestro Sang Maha Pelukis
Ada garis tegak, lurus,lengkung berbaris
Garis diwarnai, dihapus tak bisa digubris
Sketsa lukis jadi indah atau jelek berkais
Adalah mutlak kehendak Hiyang Pelukis
Kita hanyalah bisa berupaya melangkah
Menuju langit di atas pun bumi di bawah
Ketentuannya ada pada kehendak Allah
Sang Maha Hakim penentu benar salah
Minggu, 18
Januari 2015 05:10 WIB
PERILAKU
By Slamet Priyadi
Tampilan sampeyan memang patutlah dipuji
Laksana orang suci para kiyai bahkan wali
Di mana tempat bicara tentang ajaran religi
Kepada orang-orang umbar rasa benar sendiri
Tentang ajaran suci berdasarkan kebenaran diri
Tak pernah mau mengerti maunya dimengerti
Laku Sampeyan memang teramat kurang ajar
Tak pernah mau mendengar maunya didengar
Lain di dalam lain pula laku sampeyan di luar
Yakh, keburukan memang tak perlu dipancar
Sadari saja begitu memang lakon para penalar
Paling suka hidup yang penuh hingar bingar
Nampak sangar, gahar merasa paling benar
Sabtu, 17 Januari 2015 – 15:08 WIB
AWUR-NGAWUR
By Denmas Priyadi
Melolong-lolong
seperti laku srigala liar
Mendesis
menjalar seperti seekor ular
Wajahmupun dibalur penuh bedak lulur
Prilaku
hitam dan putih saling berbaur
Jauhkan
segala nilai-nilai budaya kultur
Mampu dan
bisa cuma bertutur ngawur
SKETSA MALAM
By Slamet Priyadi
Lolong
serigala nun jauh di atas puncak bukit
Pecahkan heningnya malam
kian deru derit
Kelelawar, celepuk beguik-guik mencuit-cuit
Serangga
kecil terbang sakit
menjerit-jerit
Termangsa raksasa angkasa berperut buncit
Nyawa pun layang kembara di perut malam
Terbenam dalam pekat nan seramnya alam
Ke gaib, raib, sirna hilang gelap pekat kelam
Kodok bangkong di sawah berkuk-kuk kong
Tikus-tikus sawah seliweran di celah lorong
Ular sanca menjalar kisut di gorong-gorong
Anjing- anjing liar terus saja menggonggong
Kucing-kucing hutan liar mengeong-ngeong
Kemerisik daun griyat-griyut bambu betong
Protes hewan
dan alam tuk manusia bolong
Berjiwa tamak, serakah bagai kucing garong
Halim
Perdanakusuma, 13 Januari 2015
11:02 WIB
TUYUL BERGAJUL DI PANGARAKAN
Karya Slamet Priyadi
Kampung
Pangarakan kini sudah tak aman berjaya
Bukan karena
perang antar suku,
ras dan agama
Bukanlah pula
perang antar warga penyebabnya
Bukanlah pula
karena pencurian yang meraja lela
Tapi
karena seringnya uang hilang entah ke mana
Hilang lenyap
raib penuh misteri
jadi tanda tanya
Peristiwa dan kejadian
seperti ini berulang terjadi
Dialami oleh
para tetangga terutama
aku sendiri
Anehnya uang
yang hilang kisaran
seratus ribuan
Baik di
dompet, bawah kasur atau di lemari pakaian
Menyulut pertengkaran
antar saudara saling curiga
Bahkan
suami-istri saling tuduh tak ada juntrungnya
Suatu
ketika, aku ambil uang gaji di Bank DKI Cililitan
Jumlah uang
gaji itu benar
berjumlah lima jutaan
Sudah
kulihat sendiri pada mesin yang diperlihatkan
Oleh kasir
bank DKI yang bersikap ramah dan sopan
Dan sudah
kuhitung ulang pula untuk membuktikan
Kebenaran,ketepatan
jumlah uang yang diserahkan
Setiba di rumah
aku hitung kembali uang gaji di
tas
Sungguh aku
heran bukan kepalang hatiku was-was
Uang itu berkurang jadi empat juta lapan
ratus pas
Peristiwa
sama dialami pula tetangga depan rumah
Yang
berkisah akan keheranannya peristiwa kaprah
Yang terjadi
di Kp. Pangarakan dan Kampung Sawah
Ketika di rumah adakan acara sunat masal bersama
Oleh
Perhimpunan Dokter RS Cipta Mangunkusuma
Dan Perkumpulan
Alumni SD Sabda
Palon Jakarta
Kejadian uang
hilang secara gaib kembali
berulang
Ada tiga
orang dokter yang merasa
uangnya hilang
Padahal ada
di dalam dompet yang masih dipegang
Dokter-dokter itu seperti
mengalami peristiwa aneh
Uang yang di
dompet sebanyak dua ratus ribu rupiah
Raib secara
misterius lenyap dalam waktu bersamaan
Lalu
bertanya kepada istriku dengan rasa
keheranan:
“Bu, apa di daerah ini ada orang yang pelihara
tuyul?”
“Itu mungkin
saja, bu! karena uang gaji
suami saya,
juga sering raib setiba di rumah ditarik tuyul
bergajul!”
Minggu, 04 Januari 2015—12:37 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
SEMAK BELUKAR ITU SARANG ULAR
Karya Slamet Priyadi
Hujan rinai
yang terus-menerus sirami
bumi pangarakan
Segartumbuhkan segala
tanaman yang ada di halaman
Rumput gajah,
tapak liman merah
tumbuh berserakan
Jambu
kelutuk, jeruk limau, bluntas, dan dondongg jaran
Jikalau kita
bisalah mengolahnya, dibuat jadikan ramuan
Adalah obat peurun darah, koreng, batuk, dan bau
badan
Sementara tanah
di samping rumah tumbuh semak
belukar
Gumuk Ilalang
semakin membesar menyebar jadi sarang ular
Kobra, sanca
menjalar, ular hijau di batang bluntas melingkar
Di batang
pohon mangga dua tokek jantan sedang bertengkar
Bertarung
rebutkan tokek betina yang lari bersembunyi di akar
Menanti sang
tokek jantan pemenang untuk hening berkelakar
Suatu ketika
cucuku buka tas tempat mainan yang ada di lantai
Tidak dinyana di dalamnya ada ular kobra kecil
ke luar lalu lari
Menggeliat-geliat di lantai kemudian sembunyi
di bawah lemari
Secepatnya kuangkat kugendong cucuku letakkan di atas
kursi
Tak mau
ambil resiko, kuambil seciduk air panas dari dispenceri
Lalu
kusiramkan seciduk air panas itu ke ular kobra sampai mati
Suatu ketika
di dapur ada ular hijau ditumpukan kacang panjang
Yang akan
dibuat sayur tumis kacang dan kembang
paya lanang
Untung
saja istriku lihat jelas ular itu yang bergerak bergoyang
Istriku kaget menjerit-jerit minta tolong akupun
segera datang
Cepat
kuambil pedang yang tergantung di
dinding sisi wayang
Lalu kutebas
leher ular hijau itu hingga nyawanya pun melayang
Suatu ketika
saat menantuku hendak pergi mandi di siang bolong
Tiba-tiba,
ia berteriak-teriak, menjerit-jerit keras meminta tolong
Di kamar
mandi ular kobra besar
melingkar di kran air rempong
Segera aku
siram dengan air panas, ular melesat ke sudut gorong
Kusiram lagi
ular itu dengan air panas sampai kulitnya mengelupas
Sebab minggu
yang lalu tetanggaku juga digigit
ular hingga tewas
Belum lama
ini sekitar sebulan yang lalu pun ada tiga ekor anak ular
Masuk kamar mandi lewat saluran air yang lupa
ditutup batu besar
Ketiga anak
ular kobra itu terus merayap
perlahan-lahan menjalar
Menantuku yang
satu lagi yang berani dan tidak takut dengan ular
Tangkap
ketiga anak ular satu-satu, lalu dimasukkan ke toples besar
ketiga anak
ular pun disiram dengan air panas sampai mati terkapar
Sabtu, 03 Januari 2015 – 13:48 WIB