Denmas Priyadi: "Ojo Dumeh" - Jumat, 03 Januari 2014 23:51 WIB
Image, Syeh Siti Jenar by Slame Priyadi |
Dalam sejarah perkembangan Islam di Jawa yang
disebarkan para Wali Songo tidak lepas membahas salah satu wali yang
ajarannya dianggap nyeleneh dan keluar dari ajaran Islam yaitu "Syeh Siti
Jenar".
Penggambaran ajaran ijtihadnya itu mengumpamakan "Api dengan nyalanya,
laut dengan ombaknya, dan bunga dengan sari madunya". Perumpamaan ini
mengingatkan kita dengan ajaran tasaub Ibnu Arabi ( tahun 1165-1240 Masehi )
dan Al Hallaj (tahun 858-922 Masehi)
Syeh Siti Jenar juga dikenal
dengan nama Syeh Lemah Abang bergelar "Prabu Satmata" atau raja
yang tampak oleh mata. Ajaran Syeh Siti Jenar Manunggaling Kawulo Gusti sampai
sekarang masih berpengaruh bagi aliran kebatinan Kejawen di Indonesia.
Ungkapan "mati sajroning
ngurip", menurut Syeh Siti Jenar adalah mengajak manusia agar senantiasa
"eling dan waspada", bersahaja, mengendalikan diri, mengurangi
kenikmatan badaniah duniawi, bersedia lara samsara, tapa brata dan bersyukur
meski dalam keadaan sulit. Perjuangan hidup di alam maya nan fana menurut Serat
Bima Suci, berkait erat dengan upaya untuk memahami sangkan paraning dumadi,
asal dan tujuan kehidupan yaitu husnul khatimah menuju perjalanan hidup yang
membahagiakan.
Di dalam faham Kejawen (ngelmu),
sangkan paraning dumadi adalah proses untuk menggapai kesempurnaan hidup yang
bisa diperoleh hanya melalui laku atau prilaku ikhlas, bersyukur dan prihatin.
Berkait dengan hal tersebut dalam kitab suci penganut mistik Kejawen
"SERAT WIRID" masih terbagi lagi dengan "Asaling Dumadi"
asal mula suatu wujud, "Sangkaning Dumadi" dari mana dan bagaimana
arah perkembangan wujud itu, "Purwaning Dumadi" permulaan suatu
wujud, "Tataraning Dumadi" martabat suatu wujud, "Paraning
Dumadi" arah perkembangan suatu wujud. (SP091257)
Bumi Parakan, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar