Denmas Priyadi: "OJO DUMEH" - Kamis, 26 Desember 2013 - 18:14 WIB
SIAPA
yang tak kenal dengan sosok yang satu ini, Ali bin Abi Thalib r.a yang dalam
sejarah Islam keteladan akan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib semasa menjadi
khalifah menjadi sejarah tinta emas yang hingga kini terus memantulkan cahaya
kemilau mempesonakan dunia Islam.
Ali
bin Abi Thalib dilahirkan di Kota Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada
tanggal 13 Rajab atau tahun 599 Masehi dari ibu yang bernama Fatimah binti
Asad, Asad merupakan anak dari Hasyim, Dengan demikian Ali adalah keturunan
Hasyim dari sisi bapak dan ibu. Menurut muslim Syi’ah Ali dipercaya lahir di
dalam Ka’bah dengan nama Haydar bin
Abi Thalib. Haydar berarti Singa. Sedangkan Baginda Nabi Muhammad SAW meberi
nama Haydar dengan panggilan Ali yang
berarti tinggi yaitu orang yang
mempunyai derajat tinggi. Hal ini sejalan dengan keinginan dan harapan keluarga
Abu Thalib (paman Nabi Muhammad) agar mempunyai penerus yang dapat menjadi
tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah.
Pada
usia 25 tahun setelah menikahi putri kesayangan Nabi Muhammad SAW, Fatimah
az-Zahra, pecahlah Perang Badar yaitu
perang yang pertama kali dalam sejarah Islam. Dalam perang Badar ini, Ali
betul-betul menjadi prajurit yang gagah berani disamping Hamzah, paman Nabi.
Banyak kaum Quraisy Mekkah yang memusuhi Islam tewas di tangan Ali. Begitu pula
dalam Perang Khandaq. Keperkasaan dan
kegagahberanian Ali bin Abi Thalib dalam pertempuran sangat ditakuti lawan. Dengan
satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, tubuh Amar bin Abdi Wud yang
sangat membenci Islam itu terbelah menjadi dua bagian. Dan yang tak kalah
pentingnya adalah peran Ali bin Abi Thalib dalam Perang Khaibar. Setelah Perjanjian
Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan
Yahudi. Ternyata dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut
sehingga pecahlah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang
sangat kokoh. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan “Perang Khaibar”. Pada saat
pasukan Islam dan para sahabat Nabi tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi Muhammad
SAW bersabda:
“Besok,
akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia
akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya.
Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
Mendengar
sabda Nabi, maka seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan
tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat
kehormatan itu dan mampu menghancurkan benteng Khaibar serta berhasil membunuh
seorang prajurit musuh bernama Marhab dengan pedang Zulfikarnya.
Demikian
beberapa peristiwa peperangan untuk mempertahankan ajaran Islam yang dibawa
Nabi Muhammad SAW yang mencatat keberanian dan kegagahan serta keperkasaan Ali
bin Abi Thalib di dalam setiap pertempuran yang diikutinya. Selain
kegagahberanian Ali yang tercatat dalam sejarah, juga tak kalah pesonanya
adalah keteladanan beliau baik sebelum dan sesudah menjadi pemimpin, khalifah.
Ali
bin Abi Thalib r.a adalah seorang pemimpin yang benar-benar zuhud dan taqwa
kepada Allah SWT. Hal ini terbukti saat beliau menduduki jabatan perbendaharaan
Negara. Beliau benar-benar teruji kejujurannya dalam mengelola, mengurus, dan
menjaga perbendaharaan Negara.
Ketika
Ali bin Abi Thalib meduduki jabatan Khalifah ke-4 menggantikan Usman bin Affan
r.a, beliau oleh kaum Muslimin di kota Kufah diharapkan agar segera menempati
istana yang besar dan megah. Ketika Ali melihat istana itu ia berkata: “Aku tak mau menempati istana itu!” Akan
tetapi penduduk Kufah tetap mendesak Khalifah Ali bin Abi Thalib agar mau
menempati istananya karena Khalifah adalah jabatan yang dianggap mulia. Akan
tetapi tetap saja Khalifah Ali menolaknya dengan keras,
“Terus terang aku tidak membutuhkan
itu! Umar bin Khatab sendiri pun tidak menyukainya!” Jawab Khalifah Ali r.a.
Meskipun
Ali bin Abi Thalib menjadi seorang khalifah, Kepala Negara Islam, beliau tidak sombong,
tidak memanfaatkan jabatannya untuk hidup bermewah-mewah di dalam istana.
Beliau tetap hidup seperti rakyat biasa. Beliau benar-benar empati terhadap
kehidupan rakyat jelata.
Suatu
ketika, seorang sahabat Ali tidak rela melihat sikap dan perilaku beliau yang
mau menolong orang tua renta yang sedang membawa belanjaannya di pasar dengan
tertatih-tatih dan sempoyongan, dan Ali bin Abi Thalib memanggul sendiri
belanjaan orang tua renta itu sampai ke rumahnya. Sahabat itu datang menghadap kepadanya
seraya berkata:
“Ya, Amirul Mukminin…Imam Ali r.a.
mengapa tuan melakukan itu? Padahal masih banyak bawahan tuan yang bisa disuruh
untuk membawakan barang-barang orang tua itu!”
Khalifah
Ali bin Abi Thalib bisa memahami apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Segera
ia pun menjawab pertanyaan sahabatnya dengan membawakan Firman Allah:
“Kampung akhirat itu Kami sediakan
bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri di bumi dan tidak berbuat
kerusakan. Kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Q.S. al-Qashash:83)
Berkait
dengan sifat kejujuran dan keamanahan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. Seorang
pembantunya yang bernama Qanbar, suatu ketika pernah menyaksikan, Khalifah Ali
r.a. sedang menghadapi dua onggokan emas dan perak. Ia menghitungnya kemudian
memanggil orang-orang agar datang mendekatinya. Emas dan perak itu lalu
dibagi-bagikan kepada mereka hingga tak bersisa.
Sikap
dan perbuatan Khalifah Ali r.a. yang demikian itu telah membuat cemas dan
khawatir pembantunya, Qanbar. Ketika emas dan perak itu telah habis
dibagi-bagikan kepada mereka semua sampai-sampai tak bersisa sedikit bagian pun
untuk dirinya, Qanbar mendekati Khalifah Ali r.a. dengan mengatakan bahwa ia
mempunyai barang sesuatu yang disembunyikan untuk Khalifah Ali r.a.
Sesampainya
di rumah, Qanbar mengambil sesuatu yang telah disembunyikan yaitu sebuah
kantong berisi kepingan-kepingan emas dan perak. Kantong itu lalu dibawa
kembali dan dibuka di hadapan Khalifah Ali r.a. Dengan wajah berseri-seri ia
berkata kepada Khalifah Ali:
“Aku lihat Tuan tidak pernah
menyisakan barang apa pun yang tuan bagikan. Oleh karena itu, aku
menyembunyikan ini dari Baitul Malkhusus buat Tuan”.
Melihat
ini, betapa terkejut dan kagetnya Khalifah Ali r.a. Maka dengan wajah merah
menahan amarah beliau berkata kepada pembantunya, Qanbar:
“Celaka kamu Qanbar! Apakah engkau
mau memasukkan kobaran api ke dalam rumahku?” Lalu Khalifah Ali bin Abi Thalib menghunus pedang
Zulfikarnya, memotong-motong pundi-pundi yang berisi emas dan perak itu. Emas
dan perak pun berhamburan di lantai. Segera Khalifah Ali r.a. menyuruh Qanbar
untuk dibagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya agar dibagikan secara adil.
Demikian
kepribadian dan perangai Ali bin Abi Thalib r.a yang demikian agung dan mulia
tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Perjuangannya, keberaniannya,
kejujurannya dan keamanahannya dalam menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai
dengan ajaran Islam yang rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh alam.
Sumber:
Nurhayat
Alhadar - Kumpulan Kisah Para Nabi dan Sahabat – Penerbit Mizan
Penulis:
Slamet
Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar